Kamis, 06 November 2014

Tulisan Galau


Weleh-weleh, dah masuk hari ke enam di bulan November. Dan baru ada satu tulisan di blog. Gejala apakah ini?

Mendadak mandeg begitu saja. Ga ada ide. Eh salah ding, kata penulis senior, orang yang menganggap miskin ide atau malah ga ada ide sama sekali itu berarti tidak tahu apa itu ide.

“Ide kan bisa diperoleh dimana saja” begitu penjelasan penulis senior tersebut. Hehehe iya ide bisa datang dari arah mana saja, tetapi keterampilan menangkap ide itu memang tidak mudah bagi sebagian orang, termasuk aku.

Hmmm PR untuk bisa menulis dengan baik masih sangat menumpuk. Sebanyak tumpukan buku yang ingin aku baca. Ingin, ya kata itu harus benar-benar digarisbawahi. Karena, jujur aku belum pintar membagi waktu antara membaca dan menulis serta membagi dengan aktivitas lainnya.

Saat jari sedang gatel ingin terus menulis, maka yang ada hari-hari aku isi dengan menulis. Itu saja. Padahal mengutip kalimat di sebuah buku yang sedang aku baca, jika aku kurang membaca maka aku hanya akan menjadi penulis kerdil.

Kupaparkan di sini untuk senantiasa menjadi pengingat, bahwa penjadwalan harus dilakukan untuk penulis pemula banget kayak aku ini. Hehehe, itu wajib alias harus!

Membaca tidak boleh hanya dijadikan pelarian. Dan hanya dilakukan saat pikiran mulai buntu, saat ide di kepala menguap entah kemana. Membaca memang harus dirutinkan. Seperti tubuh, maka otak juga butuh nutrisi. Dan nutrisi untuk otak agar dapat semakin mahir bekerja adalah dengan memperbanyak ilmu.

Baiklah, mulai sekarang harus tersedia waktu khusus untuk membaca. Mengendapkan berbagai pikiran dan ide yang melayang di kepala. Dan mulai membuka lembaran-lembaran berisi berragam ilmu.

Ya! Memperbanyak ilmu! Itu berarti harus selalu membaca. Bukan hanya membaca dalam arti sebenarnya: membaca buku konteks, tetapi membaca apa saja. Bagaimana aku dapat memulainya?

Mulai saja dengan menjernihkan pikiran agar segala yang terpampang di alam raya ini dapat hadir dan diterima sebagai sebuah ilmu yang harus diabadikan. Agar kelak saat terlupa, maka tinggal membuka lembaran catatan ilmu kehidupan.

Catatan ilmu kehidupan dapat dimulai dengan mengaktifkan nurani dan mulai berusaha melembutkan hati. Agar tidak ada kesombongan terselip, sehingga ilmu tak mau mampir apalagi bersemayam di dalamnya.

Semoga semoga semoga.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar