Selasa, 11 November 2014

Berprasangka Baik Kepada-Nya


Pernah suatu ketika di sebuah kajian rutin yang saya ikuti, seorang teman menyeletuk sebuah hal yang membuat saya cukup lama merenunginya bahkan berusaha mencari jawaban dengan mengajak berdiskusi beberapa orang yang saya anggap “mengerti”. Ketika itu, pembicaraan menyoroti masalah syukur dan mensyukuri segala nikmat yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya.

Ketika semua orang sedang khusuk menyimak, salah seorang teman saya tersebut berujar “Tapi menjalani kehidupan saat ‘diatas’ tentu lebih mudah kan ya bu, dari pada menjalani kehidupan saat berada ‘dibawah’.”  Saya agak tersentak dengan kalimat yang diucapkan teman saya tersebut. Dan berbagai jawaban berusaha saya cari untuk dapat menolak anggapan ibu itu. Hingga beberapa hari setelahnya, pernyataan mengagetkan itu masih saya cari jawaban sebenarnya.

Setelah beberapa hari kemudian, ada jawaban dari teman saya yang saya ajak diskusi mengenai hal tersebut. Dari pembicaraan tersebut satu kesimpulan yang dapat diambil bahwa, sikap tersebut dapat dengan mudah menunjukkan bahwa orang yang merasa demikian adalah orang yang belum dapat menerima segala karunia-Nya dan mungkin belum dapat mensyukurinya. Padahal menurut saya, orang yang tidak dapat mensyukuri segala ketentuan-Nya berarti orang tersebut sedang membuka pintu-pintu kemalangan yang lain.

Benar sampai saat kalimat itu meluncur dari teman saya, tidak pernah terlintas akan ada ungkapan perasaan yang saya anggap jujur tersebut. Peristiwa tersebut selalu teringat dalam pikiran saya. Perasaan takut menyelinap dalam diri saya, saya sangat takut jangan-jangan saya juga seperti itu. Menerima saat bahagia tetapi memberikan penolakan terhadap kemalangan.

Ah tapi apakah kemalangan itu? Benarkah sebuah kemalangan memang kemalangan untuk kita? Ternyata tidak! Kita saja mungkin yang kurang menyadari bahwa kemalangan yang kita rasakan itu sebenarnya bukanlah kemalangan, karena terselip kebaikan dan keindahan di baliknya.

Peristiwa yang kita anggap kemalangan itu bisa jadi adalah perlindungan-Nya terhadap keburukan di sebalik kebahagiaan yang kita agungkan sebelumnya. Lalu apakah pantas kita menerima kebahagiaan dan menolak sebentuk tekanan? Tanpa kita tahu maksud sebenarnya? Harus menjadi pegangan bahwa kita memang harus senantiasa mengingat untuk selalu berprasangka baik pada-Nya.

Jika kita meyakini bahwa apapun yang kita miliki adalah kebaikan yang diberikan untuk kita, maka semoga kejadian apapun tidak akan mengurangi nilai kecintaan kita pada pengupayaan meninggikan derajat kita dihadapan-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar