Sabtu, 13 Desember 2014

Menyiapkan Liburan


Liburan akhir semester dan akhir tahun sudah di depan mata. Anak-anak riang bukan kepalang. Membayangkan bebasnya hari-hari mereka tanpa tumpukan tugas, PR dan belajar. Tetapi saya kok malah agak riweuh mempersiapkannya. Hehehe. Karena saya tidak ingin liburan anak-anak hanya diisi dengan rutinitas yang kurang bermanfaat. Saya memang berusaha membuat anak-anak tidak semakin jatuh cinta dengan TV dan gadget. Penyebab mengapa saya menghindari kedua piranti tersebut tentu tidak perlu saya sebutkan karena sudah banyak ahli yang menyarankan dan memberi penjelasan mengenai hal tersebut.

Lalu bagaimana agar waktu liburan yang cukup panjang itu dapat berkesan bagi anak-anak tetapi juga ada efek positif khususnya bagi mereka. Karenanya saya coba ngubek-ubek artikel tentang liburan dan inilah hasilnya yang telah saya sesuaikan dengan kebutuhan keluarga kami:

1.   Isi liburan dengan kegiatan yang menunjang kreatifitas anak misal membuat kerajinan tangan bersama-sama. Belum lama ini anak-anak mendapatkan ketrampilan di sekolahnya yaitu membuat gantungan kunci dari kain flannel. Cobain di rumah dengan anak-anak kayaknya seru.

2.   Mengunjungi kakek nenek dan sanak saudara.

3.   Berenang.

4.   Bermain sepeda

5.   Berlatih menulis dan membuat cerita dengan ide dari membuat kata benda, kata kerja dan kata sifat untuk kemudian dapat dijadikan sebagai premis (ide dasar cerita)

6.   Tetap membaca minimal 1 buku dalam sehari

7.   Murojaah (hapalan surat-surat dalam Al Quran) agar tidak terlupa

8.   Sedikit mengingat pelajaran dengan mengajak anak menghafal perkalian 1 sd 100. Liburan bukan berarti haram menyentuh dan mengingat kembali pelajaran kan?

9.   Memasak bersama dengan anak-anak

10.      Hari Minggu diajak ke kajian yang diadakan di salah satu masjid kampus di kota kami

11.      Berkebun

12.      Berbagi tugas di rumah

13.      Berolahraga bersama anak-anak misalnya senam bareng anak-anak

Itu tadi catatan saya untuk mempersiapkan liburan yang berkesan untuk anak-anak. Pilihan kegiatan di atas semoga dapat membuat liburan anak-anak tidak terasa membosankan sehingga tidak hanya diisi dengan menonton TV dan bermain game. Semoga bermanfaat.

Lika-Liku Merawat Wajah


Di usia yang sudah memasuki kepala 3 tentu banyak sekali permasalahan kulit yang dihadapi ibu-ibu. Dari mulai kulit kering, kulit kusam, berjerawat dan bintik hitam. Memang kecantikan fisik bukan segalanya, tetapi bukankah menjaga keindahannya juga tidak masalah sebagai wujud syukur atas kulit yang membungkus tubuh kita.

Saya juga pernah merasakan ribet dan ga sabar dalam merawat kulit terutama kulit wajah. Meski begitu saya tetap melakukan standar membersihkan wajah dan menjaga kelembaban kulit. Karena kulit saya sepertinya lebih mudah kering dan kusam, saya keranjingan dengan produk kecantikan (yang ada di pasaran) untuk menjaga kelembaban kulit. Berbagai produk kecantikan yang dapat menjaga kelembaban kulit pernah saya coba.

Tetapi tidak semua produk itu cocok untuk semua jenis kulit. Tapi karena keterbatasan pengetahuan tentangnya, maka saya hanya coba-coba dan mengikuti feeling untuk memilih suatu produk pelembab (untuk kulit wajah kok coba-coba..:)). Ya dari pada tidak menggunakan pelembab sama sekali yang akan menjadikan kulit saya terasa kering dan kusam maka saya pilih cara itu.

Pernah suatu ketika saya menemukan brosur tentang dibukanya salon khusus muslimah. Karena tertarik cobalah saya ke salon itu untuk berkonsultasi mengenai kulit wajah saya yang sudah mulai muncul bintik hitam yang mengganggu. Setelah berkonsultasi saya diberikan solusi dan treatment untuk mengatasi masalah pada kulit wajah saya. Dan tak lupa tentunya berbagai produk perawatan wajah juga turut saya bungkus untuk melanjutkan treatment di rumah.

Selang beberapa waktu (mungkin hanya kurang dari 3 bulan) kulit wajah saya tampak lebih bersih dan bintik-bintik hitam di wajah memudar. Dan lagi wajah terasa lebih lembab dan segar. Senang dan tenang tentunya, siapa sih yang tidak pingin punya kulit wajah bersih dan berseri. Tetapi setelah hampir 2 tahun melakukan perawatan dan rutin menggunakan produk perawatan wajah tersebut, ternyata salon tersebut menghentikan kerjasama dengan dokter yang memasok produk kecantikan yang juga saya konsumsi tersebut. Alhasil saya kehilangan produk yang membantu saya merawat wajah.

Dan karena tidak ingin kulit kembali kusam maka saya segera mencari produk pengganti dengan yang ada di pasaran. Sebenarnya sebelum saya menggunakan produk dari dokter itu, saya juga telah menggunakan produk pasaran yang sekarang saya beli lagi. Tetapi olala, setelah pemakaian seminggu untuk produk yang saya beli di pasaran tersebut, wajah saya terasa gatal dan memerah dan muncul JERAWAT! Padahal sebelumnya wajah saya termasuk yang bersih dari jerawat. Dan jerawat itu memenuhi seluruh kulit muka saya (kecuali bagian yang tertutup oleh jilbab).

Demi menyembuhkan jerawat yang semakin lama semakin mengganggu itu saya harus berganti-ganti dokter kulit. Hal itu saya lakukan hampir tiga bulan. Bukan karena saya tidak sabar dengan jerawat di muka, tetapi rasa gatal yang ditimbulkan oleh jerawat saya itu sangat menyiksa sampai-sampai mengganggu tidur saya. Kadang karena gatal yang sudah kebangetan saya terpaksa mencubit-cubit bagian wajah saya.

Setelah berpetualang mencari dokter kulit akhirnya saya menemukannya di sebuah rumah sakit terkenal di kota saya. Dan tindakan pertama yang dilakukan oleh dokter itu adalah melakukan tes laboratorium dan tes yang dilakukan adalah Demodex (kalau tidak salah). Tes tersebut dilakukan karena disinyalir diwajah saya terdapat kutu hingga menyebabkan wajah saya dipenuhi jerawat dan terasa sangat gatal. Jerawat yang tumbuh di wajah saya berbeda dengan jerawat yang tumbuh tanpa perantara kutu. Jerawat saya berwarna merah terang itulah indikasinya, itulah penjelasan yang saya dapat dari dokter yang merawat saya.

Setelah melakukan petunjuk dokter dan tentunya dengan tetap menggunakan obat sesuai anjuran dokter, akhirnya masalah jerawat saya tersebut bisa teratasi. Dan kulit muka saya tidak gatal lagi. Satu hal yang saya dapat dari kejadian itu yaitu diperlukan waktu beberapa minggu (minimal 2 minggu) untuk menetralkan kulit dari produk perawatan wajah yang telah lama digunakan sebelum berganti ke produk yang baru.

Penetralan wajah dapat dilakukan dengan mengistirahatkan wajah dari berbagai macam produk (krim malam dan krim pagi) selama waktu penetralan. Penetralan dapat dibantu dengan menggunakan masker ke wajah. Misalnya menggunakan masker putih telur maupun masker madu.

Itu tadi cerita saya tentang lika-liku merawat wajah. Semoga bermanfaat.

Kamis, 11 Desember 2014

IIDN (Ibu-ibu Doyan Nulis Interaktif)


Pernah saya menuliskan tentang pilihan sikap yang harus berhati-hati menyikapi maraknya komunitas penulisan yang saya tulis disini. Dan dengan mempertimbangkan kesesuaian antara gaya dan selera dalam belajar menulis, saya merasa sangat senang dapat bergabung dengan IIDN (Ibu-ibu Doyan Nulis Interaktif).

IIDN yang didirikan oleh Ibu Indari Mastuti dan telah beranggotakan ribuan ibu-ibu dan calon ibu yang mencintai dunia penulisan ini membuat saya semakin senang menulis. Meski saya tidak tahu pasti apakah kesukaan menulis saya ini nantinya akan memberikan manfaat secara finansial atau tidak. Yang lebih saya syukuri sekarang adalah saya memperoleh lingkungan (meski di dunia maya) yang sangat kondusif dan membangun. Semangat menulis dan membaca saya jadi semakin membara. Hehehe…

Meski belum lama gabung di IIDN, tetapi sudah banyak ilmu yang saya dapat. Mulai dari ilmu manajemen waktu, ilmu EYD, ilmu menangkap dan memanajemen ide, ilmu mencari uang lewat tulisan dan masih banyak lagi ilmu lainnya. Di komunitas ini pula saya seperti mendapat teman seperjuangan dan tentunya menjadikan diri saya semakin bersemangat memperbaiki diri, tidak hanya dari sisi penulisan saja, tetapi dari berbagai aspek.

Kadang terbersit penyesalan setelah masuk di komunitas tersebut. Saya sangat menyesal mengapa tidak dari dulu saya menemukan grup yang digawangi dan beranggotakan orang-orang keren dan super hebat. Saling menyemangati meski hanya mengenal lewat tulisan baik yang diposting di dinding facebook maupun di blog masing-masing.
Meski begitu saya sangat bersyukur dipertemukan dengan perempuan-perempuan khususnya ibu-ibu yang sangat berdedikasi dan mencintai profesinya. Sehingga keberadaannya sebagai ibu dengan segudang tanggung jawab tidak menutup mereka untuk tetap memaksimalkan potensi mereka. Semoga bersama dengan komunitas yang positif ini ada kebaikan yang juga bisa saya bagi selain tentu saja banyak sekali manfaat dan kebaikan yang telah IIDN bagi untuk saya. Terima kasih IIDN.

Rabu, 10 Desember 2014

Tamparan keras dari Upin Ipin



Sumber Gambar disini

Siapa yang tak kenal Upin Ipin? Tokoh kartun yang setiap hari tayang di salah satu TV swasta Indonesia. Sosoknya yang lucu, polos dan cerita yang lebih manusiawi dan masuk akal membuat film kartun yang satu itu menjadi salah satu yang direkomendasikan oleh para ibu untuk ditonton oleh anak-anaknya. Yah, dibanding film kartun lain seperti Sinchan, Naruto, SpongeBob dll sepertinya Upin Ipin masih layak tonton.

Cerita yang ditampilkan memang disesuaikan dengan Negara asalnya yaitu Malaysia. Dengan logat Melayu yang awalnya terasa asing di telinga anak-anak, tidak membuat mereka kehilangan pecintanya di sini. Perlahan dan sangat pasti anak-anak mulai dapat mengikuti dan memahami berbagai logat yang ada dalam cerita Upin Ipin tersebut. Bahkan mereka mulai fasih menirukan berbagai aksen dan logat bicara seperti yang ada dalam kartun kesayangan mereka tersebut.

Di awal perubahan aksen dan logat bicara anak-anak yang ke-Melayu Melayu-an itu terkesan lucu dan menghibur untuk para ibu termasuk saya. Tetapi berjalan beberapa waktu dan hampir tiap hari mendengar anak-anak dan teman-temannya berlogat layaknya orang Malaysia membuat saya risih dan terganggu. Bukan karena logat yang mereka tirukan tidak baik. Tetapi ada hal yang membuat saya tertampar.

Menggunakan bahasa ibu sendiri saja mereka kesusahan, mengapa mudah sekali mereka mengadopsi bahasa dari negeri tetangga? Jika kita berani jujur pasti mengakui bahwa kita saja kesulitan menggunakan bahasa nasional dan apalagi bahasa ibu. Lantas bagaimana nasib bahasan itu di generasi yang akan datang jika tidak selalu dipupuk dan dipertahankan keberadaannya? Pikiran itu menggelitik dan mengusik hingga membuat saya lebih sering mengingatkan anak-anak agar mereka lebih sering menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan tetap mengajarkan juga menggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa ibu.
Tulisan ini bukan tentang perbedaan Negara tetapi lebih pada tanggung jawab sebagai anak bangsa agar warisan budaya bangsa tidak tergerus dan terlupakan bahkan tergantikan dengan budaya Negara lain. Belajar budaya negara lain tetap perlu agar kita dan anak-anak lebih kaya wawasan, tetapi tetap berusaha mengingat bahwa kita sebagai bangsa Indonesia juga mempunya budaya dan bahasa yang tetap harus dipertahankan dan dijunjung tinggi keberadaannya.

Perjalanan Menuju Kebahagiaan


Dulu ketika saya masih remaja, saya mempunyai mimpi bahwa saat dewasa nanti saya ingin menjadi wanita karier. Pokoknya menjadi wanita yang bekerja di kantor, yang berangkat pagi pulang petang. Pagi-pagi sudah wangi, cantik dan keren. Memakai pakaian kerja setiap hari. Dan tentunya mempunyai penghasilan “lumayan”. Kala itu sepertinya saya lupa, bahwa impian terpendam saya yang lainnya adalah mempunyai keluarga sakinah mawaddah wa rahmah. Menjadi ibu yang mendampingi dan menjadi saksi proses perjalanan hidup anak-anak saya.

Hingga beranjak dewasa lha kok usaha yang saya lakukan tanpa saya sengaja lebih condong mengarah mimpi saya yang kedua. Saya lebih tertarik dengan kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan peran saya sebagai seorang istri dan ibu, dari pada kegiatan yang menuntun saya menjadi wanita karier. Hingga waktu mempertemukan saya dengan bapaknya anak-anak. Jadilah impian saya yang kedua lebih cepat terwujud dari pada mimpi lainnya.

Tak berapa lama, lahirlah anak-anak melengkapi rajutan mimpi saya. Perjalanan hidup saya menjadi lebih semarak, dan mimpi saya yang pertama semakin tertinggal di belakang. Tertutup oleh canda, tawa, rengekan, tangisan dan hiruk pikuk keseharian saya sebagai istri dan ibu. Tak terlalu banyak penyesalan, selain perasaan “berhutang” pada orang tua.

Kedua orang tua saya beranggapan, anak yang mereka sekolahkan haruslah menjadi wanita mandiri yaitu wanita karier. Berbagai upaya saya lakukan untuk dapat memberi pengertian pada mereka. Bahwa menjadi seorang ibu rumah tangga yang tidak bekerja, bukan berarti tidak membutuhkan kepintaran dan kecerdasan. Saya harus sering mengulang-ulang perkataan bahwa inilah tanggung jawab saya sekarang. Hingga lambat laun, mereka mulai bisa memahami keinginan dan cara bersikap saya.

Terima kasih untuk pengertian kalian. Putri kecil kalian ini telah dewasa dan tidak ingin mengecewakan kalian, dia hanya sedang mewujudkan mimpi-mimpinya dengan caranya. Semoga kalian merestui.

Hipnotis


Pernah mendengar kata hipnotis? Atau mungkin pernah menjadi salah satu korban hipnotis? Atau jangan-jangan malah bertindak sebagai pelaku hipnotis? Hmmm saya pernah menjadi salah satu korbannya. Menyebalkan sekali.

Ya! Dihipnotis adalah pengalaman pertama kali saya mengalami hal yang sebelumnya saya anggap tidak masuk akal. Jika ingat kejadian tersebut rasanya saya ingin kembali ke masa ketika saya dihipnotis dan memaki orang yang menghipnotis saya tersebut.

Tidak akan saya lupakan dan mungkin sampai sekarang saya belum memaafkan perbuatannya kepada saya. Karena yang saya alami bukan sekedar hipnotis yang ada di TV yang biasa digunakan untuk membuka rahasia (aib) sendiri. Ini penipuan!

Grrrr geram sekali saya jika mengingat peristiwa sekitar 2 tahun yang lalu. Peristiwa itu dimulai dengan adanya sms masuk di hp suami saya. Entah mengapa suami yang biasanya cuek dengan berbagai sms yang berisi menjadi pemenang undian, eh ini kok malah antusias. Dia merasa mungkin memang benar pesan yang ada di sms tersebut.

Dan seperti biasa, sayalah yang harus mengurus semuanya. Jadilah saya menghubungi nomor yang ada di hp suami saya tersebut. dan langsung diterima oleh seorang laki-laki. Dibelakang suara laki-laki tersebut juga terdengar beberapa suara lagi juga suara laki-laki. Semakin lengkaplah saya mempercayai bahwa yang saya telepon adalah sebuah kantor. L

Percakapan pun berlanjut dan saya diharuskan menuju ke ATM untuk memeriksa saldo di rekening tabungan suami saya. Saya sangat sadar, tetapi saya seperti tidak berdaya saat saya digiring untuk menekan tombol pemindahan dana dan mengetikkan nomor rekening tujuan untuk saya transfer. Dan konyolnya saya, sesampai di rumah pun saya belum merasa bahwa saya telah ditipu, Hingga akhirnya suami menanyakan kebenaran yang terjadi di ATM.

Pernyataan suami yang menanggapi peristiwa yang baru saja saya alami menyadarkan saya bahwa saya telah ditipu dan para penipu itu telah mendapatkan uang Rp 750.000,- dari tabungan suami saya. Banyak hikmah yang saya ambil dari peristiwa tersebut satu diantaranya saya tidak akan lagi mempercayai berbagai sms yang berisi memenangkan undian apapun itu. Dan harus lebih tenang dalam menghadapi situasi apapun. Semoga peristiwa saya itu tidak terjadi lagi baik pada diri saya maupun orang lain.

Jangan menua dalam hampa.


Terinspirasi dari kalimat yang dibuat oleh seorang teman. Mengingatkan saya pada perjalanan hidup yang sudah berjalan cukup jauh. Jika menilik perjalanan kehidupan Kanjeng Nabi Muhammad SAW, maka saya sudah sampai diseparuh perjalanan beliau. Ahh, tidak terasa, sekian puluh ribu hari telah saya lalui. Jika boleh melihat ke dalam diri dan berkaca, apakah yang telah saya isi di terowongan panjang yang telah saya lalui? Apakah kehampaan saja ataukah meninggalkan jejak-jejak penuh keberartian? Apakah saya menjalani proses untuk menjadi seperti kalimat teman saya tersebut “menua dalam hampa”? Dan saya semakin yakin, selama ini saya hanya meninggalkan kehampaan. Menyedihkan.

Tapi jika berpikir ke belakang hanya menyebabkan diri ini meratap saja maka akan semakin rugilah diri ini. Tak ada lagi waktu untuk meratapi kehampaan di belakang perjalanan. Yang ada sekarang adalah titik dimana saya berdiri dan pasti akan meninggalkan jejaknya. Memilih jejak yang memberi arti tentu tidak mudah, tetapi itulah yang harus dilakukan agar sisa hidup ini dapat membuka pintu-pintu kebahagiaan yang menjadi impian.

Permasalahan dan hutang menunaikan tanggung jawab sudah menantang untuk dapat ditaklukkan. Mereka menyeringai tajam sehingga membuat ciut nyali untuk menumbangkan mereka yang menghalangi perjalanan menuju keabadian. Tapi disitulah letak kuncinya dan memang harus ditaklukkan agar kita tidak menua dalam hampa.

Rabu, 26 November 2014

Hamil dan βHCg


Masih cerita tentang kehamilan saya. Ya, saya memang pernah mengalami berbagai rasa dalam menjalani kehamilan. Dari yang hamil tidak disadari dan keguguran, hingga hamil yang mengharuskan saya nginep di rumah sakit selama 21 hari serta hamil yang menyenangkan.

Ini cerita tentang kehamilan saya yang kedua. Setelah saya keguguran pada kehamilan pertama dan dilanjutkan dikuret. Maka saya dan suami bertekad untuk bersemangat agar segera dapat hamil lagi. Hingga dokter yang dulu menangani saya sewaktu keguguran menjadi konsultan kami untuk dapat segera hamil lagi.

Alhamdulillah kehamilan yang ditunggu itu datang lagi. Suka cita kami rasakan dan tentunya menjadi lebih hati-hati dan waspada. Setelah mengetahui saya hamil tersebut, saya rajin memeriksakan kandungan. Dan atas rekomendasi salah satu temannya, maka kami memilih salah satu dokter spesialis kandungan yang cukup senior dan terkenal di kota kami.

Kehamilan saya yang kedua ternyata tidak jauh berbeda dengan kehamilan saya yang pertama. Sama-sama terasa berat. Selama hamil ini saya hamper tiap hari muntah. Semua makanan yang saya makan pasti tidak lama kemudian akan keluar kembali.

Diminggu kesembilan masa kehamilan saya mengalami pendaharan kecil. Karena panic maka saya dibawa ke dokter yang selalu mendampingi kehamilan saya. Dan saya harus bedrest di kliniknya. Kejadian itu berlangsung beberapa kali jadi selama hamil tersebut saya harus bolak-balik menginap di klinik tempat praktek dokter langganan saya itu.

Karena berbagai masalah dalam kehamilan saya, alhasil bobot tubuh saya malah menurun drastis dari yang sebelum hamil 42 kg menjadi 37 kg di masa kehamilan masuk usia 5 bulan. Dan kondisi saya semakin parah karena saya juga malah mengidap batuk-batuk. Pendarahan pun selalu terjadi meski tidak banyak tetapi cukup membuat kami cemas.

Akhirnya karena tidak tahan melihat kondisi saya yang tidak kunjung membaik. Ayah saya mengusulkan agar saya di bawa ke rumah sakit swasta di kota kabupaten tempat kami tinggal. Dan hasilnya saya memang harus bedrest untuk dapat dilakukan observasi menyeluruh mengenai kondisi sebenarnya dari kehamilan saya.

Berbagai pemeriksaan saya jalani termasuk didalamnya adalah USG. Dari hasil USG itulah diketahui keanehan dalam rahim saya. Besar bayi dalam perut saya lebih kecil dari pada plasentanya. Dan hal itu perlu penyelidikan lebih jauh lagi. Saya harus menunggu lagi.

Selama proses menunggu itu saya menjalani tranfusi darah untuk mengganti/menambah HB saya yang hanya 6 (padahal ibu hami seharusnya Hbnya berada pada level 12). Sehari mendapat tranfusi darah saya malah mengalami sesak nafas, saya kesulitan bernafas. Dan itu baru pertama kali saya alami. MasyaAllah

Untuk meringankan kerja tubuh saya maka perawat memasang alat bantu pernafasan di hidung saya. Agak risih tentunya, karena saya memang belum pernah menggunakannya sebelumnya. Tetapi alat itu bekerja dengan baik, dan saya merasa pernafasan saya menjadi lebih lega.

Setelah diperiksa lebih dalam, ternyata kondisi saya memang membutuhkan penanganan serius. Dan pihak rumah sakit merujuk saya untuk dipindahkan ke rumah sakit yang lebih besar. Pindahlah saya ke rumah sakit yang ditunjuk.

Ternyata saya mengalami kehamilan di mana selain janin yang tumbuh terdapat juga jaringan lain yang ikut membesar. Dan itulah yang menyebabkan berbagai permasalah timbul selama saya hamil tersebut. Dari manakah jaringan itu muncul. Penjelasan dari dokter yang menangani saya bahwa jaringan yang tumbuh itu adalah sisa dari kuret yang belum bersih.

Jadi setelah dikuret sebaiknya tidak hanya di USG untuk memastikan tidak ada lagi jaringan tersisa di dalam tubuh. Tetapi harus dilakukan tes darah yaitu berupa tes βHCg. Tes ini digunakan untuk mengetahui adakah jaringan yang tumbuh di dalam tubuh. Dan biasanya nilai βHCg akan besar pada ibu hamil.

Jadi jika setelah dikuret tetapi nilai βHCg masih besar (dikisaran untuk ibu hamil) berarti masih ada jaringan yang harus dibersihkan. Cara membersihkannya yaitu dengan mengkonsumsi obat. Jika hasil βHCg normal berarti semua sudah normal dan ibu boleh hamil lagi jika menginginkan.

Hamil dan Infeksi Saluran Kencing


Setelah menikah ternyata saya tidak membutuhkan waktu lama untuk hamil, tetapi gejala awal kehamilan saya tidak dicurigai sebagai ciri orang hamil. Saya tidak mual muntah seperti orang hamil pada umumnya, tetapi saya mengalami gejala sering BAK dan BAK yang tidak tuntas dan menjadi sering ngompol karena tidak dapat menahan BAK.

Melihat itu, ibu mengajak saya ke bidan dekat rumah untuk memeriksakan diri. Tak tahu kenapa kok bidannya tanpa ba bi bu langsung mengatakan bahwa gejala yang saya alami itu mungkin dikarenakan cuaca yang sedang tidak bersahabat untuk tubuh. Sehingga sistem pembuangan saya bermasalah. Saya dianjurkan banyak minum air putih dan diberi beberapa jenis obat.

Bukannya membaik, saya kok jadi semakin sering BAK dan rasanya bertambah sakit. Tidak tahan, akhirnya saya menelepon salah satu rumah sakit untuk disambungkan ke bagian obsgyn dan diterima perawatnya. Bersyukur setelah mendengar keluhan saya, perawat itu memberikan penjelasan mengenai gejala yang saya alami tersebut. “Kemungkinan ibu hamil tetapi sepertinya juga ada infeksi saluran kencing.” Begitu suara di ujung telepon menjelaskan. Dan saya harus segera ke rumah sakit untuk memeriksakan diri.

Betul! Saya hamil, Alhamdulillah saya takjub mengetahui saya hamil. Hehehe karena baru pertama hamil jadi rasanya exited. Tetapi infeksi saluran kencing saya ternyata sudah parah dan saya harus bedrest di rumah sakit agar dapat  terus diobservasi. Saya telepon suami yang menetap di kota lain dalam rangka melanjutkan studinya. Dan jawabannya hanya satu “Tidak usah opname,takut ngerepotin bapak ibu.”

Ya, saya memang tinggal bersama dengan orang tua saya selama ditinggal suami melanjutkan sekolahnya di Bandung. Terpaksa saya menuruti perintah suami. Dan pulanglah saya ke rumah dengan berbagai macam obat yang harus saya minum dan habiskan.

Peristiwa subuh menjadi awal kisah saya yang lain. Setelah saya menunaikan sholat shubuh, perut saya terasa sakit seperti ingin BAB. Akhirnya saya ke kamar mandi dan ternyata yang saya keluarkan bukanlah kotoran tetapi segumpal darah yang diikuti oleh kucuran darah lainnya. Ya Allah apa ini? Saya belum pernah melihat maupun mengalaminya, tetapi firasat saya mengatakan ada yang aneh dengan saya. Apa yang terjadi dengan kehamilan saya?

Langsung saya memberitahu kejadian yang saya alami pada ibu saya. Seketika ibu menyuruh ayah untuk mengantar saya ke rumah sakit. Dan ternyata benar, saya keguguran dan harus dikuret. Saya diperintahkan oleh dokter untuk mulai puasa pada malam harinya untuk persiapan kuret yang akan dilakukan besok pagi. Baiklah, saya mencoba menguatkan diri dan saya sampaikan kabar ke suami.

Tibalah hari saya dikuret, tidak ada masalah. Hanya bius yang dimasukkan ke tubuh saya membuat pusing dan mual. Tapi hal itu tidak terlalu menyakitkan dibandingkan dengan kehilangan kesempatan saya menjadi ibu.

Setalah saya mengorek penjelasan dari dokter yang menangani saya. Ternyata salah satu penyebab infeksi saluran kencing yang saya derita adalah karena saya sering menahan BAK dan kurang banyak minum air putih. Saya memang agak risih kalau harus BAK di kamar mandi umum dan sering menahan BAK hingga sampai di rumah. Meski sekarang masih sering risih tetapi saya paksakan untuk tidak sering menahan BAK lagi dan lebih memperbanyak minum air putih.

Banner Giveaway Bunda Salfa [Update] Giveaway Ceritaku tentang Hamil dan Melahirkan

Jumat, 14 November 2014

Asyiknya Jadi Pengusaha Cilik

Sumber Gambar disini
 
 
 
Anak-anak saya sangat senang jika tiba hari Sabtu. Yaitu hari di mana mereka bisa membawa uang saku ke sekolah, karena selain hari Sabtu anak-anak dilarang membawa uang untuk jajan. Dan uang saku yang boleh dibawa itu tetap tidak boleh lebih besar dari Rp 2.000,- hehehe. Meski begitu mereka girang bukan kepalang J. Ya, karena Saturday is Market Day! Yeaayy!
Hari Sabtu memang hari yang seru, karena anak-anak boleh berjualan! Ya, mereka boleh berjualan apa saja asalkan tidak berjualan mainan. Dulu pernah diperbolehkan berjualan mainan tetapi karena lebih banyak masalah yang ditimbulkan daripada manfaatnya, maka jualan mainan termasuk yang dilarang sekarang.
Ketika mendengar gagasan tersebut dulu saya sempat berpikir “Ah masa anak-anak mau berjualan”. Tapi olala! Ternyata di luar dugaan saya, anak-anak banyak sekali yang berminat menjadi pengusaha cilik, termasuk anak-anak saya hehehe. Alhasil setiap hari Jumat sepulang sekolah mereka pasti heboh minta dibelikan barang dagangan. Akhirnya malam itu juga anak-anak beserta dengan saya dan sang ayah belanja makanan ringan untuk dijual di sekolah keesokan harinya.
Bersemangat sekali anak-anak dalam memilih jenis makanan yang ingin mereka jual. Meski kadang-kadang pilihan mereka hanya didasari oleh kesukaan mereka pada makanan tersebut dan tidak memperhatikan ‘selera pasar’ hehehe. Akhirnya kami para orang tualah yang harus menerangkan tentang jenis barang/makanan yang kira-kira laku di sekolah mereka J.
Selain saya, para orang tua murid yang lain juga ikut bersemangat menyambut hari Sabtu itu. Rasanya menyenangkan membayangkan anak-anak yang belum tahu nilai uang itu belajar berbisnis. Ya, karena selain seru ternyata banyak sekali manfaat yang diperoleh dari kegiatan tersebut diantaranya yaitu:
1.      Meningkatkan PD anak
Kegiatan berjualan itu dapat meningkatkan rasa percaya diri anak. Mereka yang sedang menjual dagangannya secara tidak sadar memberanikan diri untuk dapat berinteraksi dengan orang lain. Untuk anak-anak yang mempunyai sifat kurang percaya diri maka dapat dibantu dengan menggunakan alat bantu seperti papan bertuliskan barang dagangannya dan harganya masing-masing dan diletakkan di depan barang dagangannya. Dan lama-lama anak yang mempunyai sifat pemalu itu akan semakin berani menawarkan barang dagangannya meskipun tanpa alat bantu. Dan lagi rasa percaya diri anak akan semakin meningkat jika mereka berhasil menjual barang dagangannya.
2.      Memupuk kejujuran dan rasa tanggung jawab pada anak
Jika biasanya barang yang dijual anak-anak itu seolah-olah lantas secara otomatis menjadi milik anak tersebut. Maka hal itu tidak berlaku untuk anak-anak kami. Mereka harus tetap melaporkan hasil dagangannya beserta barang yang tersisa jika tidak habis terjual. Meski pada akhirnya makanan/ barang yang tidak habis dijual itu tetap boleh digunakan/dimakan oleh anak-anak (harus ijin dulu). Nilai yang ingin kami tanamkan kepada anak-anak adalah kejujuran dan tanggungjawab. Tidak masalah jika barang yang dijual atau uang yang terkumpul ternyata tidak sesuai, asalkan jujur dan bertanggung jawab. Namanya juga belajar, dan tetap secara pelan-pelan diajarkan untuk teliti dan hati-hati.
3.      Meningkatkan keakraban antara orang tua dan anak
Secara tidak sadar kegiatan ini meningkatkan intensitas hubungan orang tua dan anak. Sejak mempersiapkan barang dagangan hingga ‘laporan pertanggungjawaban’, orang tua dan anak-anak menjalin komunikasi intensif. Dan kemungkinan besar hal tersebut akan lebih menarik dibandingkan dengan mengutak-atik gadget seperti yang sudah semakin biasa terjadi dewasa ini.
4.      Melatih anak menghargai uang
Dengan belajar menjadi penjual anak-anak menjadi tahu dari mana asal uang yang selama ini hanya mereka tahu menumpuk di bank atau di dompet orang tuanya hehehe. Sekarang mereka akan lebih memahami bahwa uang yang dimiliki oleh orang tua mereka tidak datang sendiri, tetapi uang itu ada karena ada kerja keras di baliknya. Sehingga dengan adanya kegiatan positif ini anak-anak kita menjadi lebih menghargai uang dan kerja keras tentunya.
5.      Belajar berhitung
Berjualan tidak akan pernah lepas dari pelajaran berhitung, baik itu penambahan, pengurangan, perkalian maupun pembagian. Dan disinilah anak-anak itu belajar dengan asyik tentang itu semua. Tak sadar mereka telah sangat mahir mengalikan, membagikan, mengurangkan dan menambahkan. Mereka tidak hanya membayangkan sesuatu yang mereka kalikan dan tambahkan itu, tetapi mereka benar-benar melakukannya. Luar biasa!
 
 
Banyak sekali bukan manfaat melatih anak-anak menjadi pengusaha sedari kecil? Kita sebagai orang tua harus selalu mendampingi dan terus mengarahkan mereka. Dan semoga kelak anak-anak itu tumbuh menjadi pengusaha-pengusaha handal dan jujur serta baik hatinya.
 

 

Menulis itu Seni yang Bisa Dipelajari


Saya pernah membaca bahwa penulis itu merupakan sebuah profesi. Sama seperti profesi lainnya yang dapat menghasilkan keuntungan misalnya profesi guru, profesi dokter dsb. Selain itu penulis itu juga pekerja seni, dan menulis itu disebut sebagai salah satu kegiatan yang bernilai seni. Saya sepakat dengan kedua pendapat tersebut.

Seseorang yang berprofesi sebagai penulis berarti juga sedang berusaha menghasilkan karya seni. Karena suatu karya yang indah itulah yang disebut dengan karya seni. Seseorang yang dapat menghasilkan suatu karya yang mempesona penikmatnya berarti berhasil dalam membuat sebuah karya seni yang indah.

Sama seperti aktivitas berkaitan dengan seni lainnya yang proses pembuatannya membutuhkan kedalaman hati dan pikiran, membuat tulisan juga membutuhkan keterlibatan hati. Tulisan yang dihasilkan sepenuh hati oleh penulisnya tentu akan menghasilkan tulisan yang ‘beda’ dengan tulisan lain yang dilakukan tanpa melibatkan hati di dalamnya. Kata-kata yang dihasilkan akan membius pembacanya.

Tetapi hebatnya menjadi seorang penulis tidak harus berbakat menulis. Mungkin seseorang yang tidak berbakat menari akan tetap terlihat beda dalam menarikan sebuah karya. Terlihat beda karena tidak seluwes dan segemulai orang yang memang berbakat menari dalam dirinya. Sebuah lagu yang sama yang dinyanyikan oleh orang yang berbakat menyanyi dan yang tidak tentu akan terdengar beda. Tetapi tidak untuk menulis.

Menulis lebih terkesan terbuka untuk siapa saja. Terutama terhadap orang yang bersedia melatih dirinya. Karena menulis harus dibiasakan. Dan ketajaman serta keindahan pemilihan kata dapat dicapai oleh bukan hanya orang yang berbakat menulis tetapi dapat juga oleh orang yang rajin menulis.

Itu yang saya yakini dan selalu menyemangati saya untuk terus menulis. Semangat!

Memantaskan Diri untuk Dicintai



“Aku dimadu mbak, dan aku tidak mempunyai kekuatan sehingga aku terpaksa tinggal serumah dengan maduku. Tak masalah jika aku diperlakukan adil, tetapi di rumah itu aku hanya bagaikan pembantu. Anak hasil pernikahanku dengan suamiku pun tidak mendapat perhatian selayaknya seorang ayah kepada anaknya. Dan aku ke sini untuk dapat bekerja dan mengumpulkan uang. Aku ingin segera mengajukan gugatan cerai!”

Termangu saya mendengar kisah rumah tangga yang dialami salah seorang kerabat jauh saya. Heran, sedih, prihatin tetapi saya juga ingin marah dan memaki sosok lelaki yang telah berlaku arogan tersebut. Tetapi setelah berbicara lebih lanjut dan mengenal lebih dekat dengan sosok wanita berperawakan subur itu, saya jadi memahami satu hal. Ketidakadilan yang dialaminya itu bukan serta merta terjadi karena arogansi sang suami tetapi faktor yang ada dalam sang istri juga turut andil.

Kejadian yang menimpanya mungkin bisa jika dimasukkan dalam kategori Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT, bukan kekerasan secara fisik tetapi secara psikologis). Tekanan dan ketidakadilan yang dialaminya sebenarnya dapat menjadi alasan untuknya melakukan ‘perlawanan’.

KDRT yang marak terjadi dalam kehidupan berkeluarga menjadi salah satu ciri tidak adanya rasa cinta dalam keluarga tersebut khususnya pada pelaku tindakan KDRT. Rasa cinta yang telah memudar tersebut parahnya lagi malah berubah menjadi rasa benci. Rasa benci yang tumbuh tersebut lalu mengakibatkan tindakan KDRT.

Lalu mengapa perempuan seakan mudah menjadi korban KDRT? Ternyata sosok perempuan yang lembut dan terkesan nrimo tidak selamanya menguntungkannya. Tidak selamanya lelaki suka dengan semua itu. Mungkin itu pula yang terjadi dengan kasus di atas. Lantas apa yang harus dilakukan seorang istri untuk dapat tetap berbakti tanpa memposisikan diri seakan tanpa daya?

Berjuta pesona dan kekuatan sebenarnya tersembunyi di balik sosok lemah gemulai dan indahnya perawakan tubuh perempuan. Jadi jangan hanya diam terhadap sebuah ketidakadilan! Dan sebagai perempuan ada banyak cara yang dapat ditempuh untuk meninggikan posisinya di mata suami.

Kuncinya yaitu jangan berhenti untuk menjadi pintar! Berusahalah untuk pintar! Dan percaya dirilah karenanya. Tak akan ada laki-laki yang betah berlama-lama terlibat hubungan dengan orang ‘kurang pintar’, kecuali jika lelaki tersebut memang tidak pintar. Seandainya pun ada, maka itu pastilah hanya sebagai basa-basi saja dan lama-lama akan tercium aroma basinya.

Membuka wawasan diri dan meningkatkan keindahan pribadi salah satunya dengan mencintai ilmu pengetahuan. Dengan mencintai ilmu pengetahuan kita akan selalu haus untuk mencarinya dan tak sadar meningkatlah nilai diri kita. Karena suami tidak hanya menginginkan kecantikan fisik tetapi juga mengharapkan kecerdasan dan kebijaksanaan pendamping hidupnya. Dan itu hanya dapat kita capai jika kita tidak pernah berhenti belajar dan membuka wawasan.

Dengan begitu semoga tak ada lagi kasus serupa dan berganti kekaguman dan pengakuan suami “Aku tak mau dan tak berani menyakiti istriku, karena dia pintar. Kalau aku menyakiti dirinya dan dia ‘memberontak’ maka akulah yang akan rugi dan menyesal.”

Karena cinta tidak akan bertahan lama tanpa kekaguman di dalamnya.

Rabu, 12 November 2014

Pentingnya Kerangka Tulisan


Sebenarnya saya sudah sering mendengar betapa pentingnya kerangka tulisan dalam sebuah karangan/tulisan. Ibarat bangunan yang membutuhkan pondasi maka sebuah karangan juga membutuhkan kerangka untuk dapat memudahkan proses pengerjaannya. Tetapi yang sering terjadi saya mengabaikan hal tersebut.

Bukan karena saya menganggapnya tidak penting, tetapi ternyata bagi saya lebih mudah membuat tulisan tanpa memulainya dengan kerangka karangan. Padahal itu jelas-jelas tidak bisa diabaikan. Itu merupakan langkah keliru yang dapat merobohkan bangunan karangan saya dengan sekali tiup.

Membuat kerangka tulisan sebenarnya sudah diajarkan sejak dulu ketika belajar pelajaran Bahasa Indonesia. Tetapi karena terlalu sering nulis diary yang biasanya pasti tanpa didahului kerangka tulisan, maka inilah jadinya. Saya jadi kagok untuk menuliskan dan menerjemahkan ide-ide ke dalam sebuah kerangka tulisan.

Lantas bagaimana cara membuat kerangka tulisan? Menurut berbagai sumber yang saya gali, maka inilah catatan saya yang bisa saya bagi.

Kerangka tulisan merupakan proses yang dilakukan sebelum menuliskan gagasan. Gagasan yang telah ada tersebut kemudian dibuat menjadi garis-garis besar dan kemudian dibuat rinciannya.

Dalam pembuatan kerangka karangan kita bisa mengikuti salah satu dari berbagai pola yang ada seperti berikut:

1.     Pola Alamiah Susunan adalah suatu urutan yang disesuaikan dengan keadaan yang nyata di alam. Pola ini biasanya dibagi lagi menjadi urutan berdasarkan ruang, berdasarkan waktu dan urutan topik.

2.     Pola logis. Biasanya berdasarkan pada urutan klimaks-anti klimaks, umum-khusus, sebab-akibat, proses dll.

Langkah-langkah dalam membuat kerangka tulisan yaitu

1.     Tentukan tema dan tujuan penulisan

2.     Kalau sudah ada tuliskan pula judul karangan yang ingin kita tulis

3.     Membagi kerangka karangan menjadi 3 bagian yaitu: pembukaan/pengantar, isi karangan dan penutup (biasanya berisi kesimpulan dan saran)

4.     Isi bagian-bagian di dalam langkah 3 dengan rinci.

Dalam proses belajar menulis, membuat kerangka karangan membutuhkan energi yang tidak sedikit. Karena jika biasanya tulisan dibuat hanya dengan menumpahkan semua isi pikiran, maka dengan membuat kerangka karangan ini kita seperti harus menahannya. Ide-ide yang ada di kepala harus diendapkan dulu dalam sebuah kerangka tulisan agar tulisan yang dihasilkan menjadi lebih tertata dan berwarna serta tentunya dapat menjelaskan maksud sebenarnya dari tulisan kita. Meskipun begitu membuat kerangka tulisan tidaklah mudah. Ada hambatan-hambatan yang biasanya membuat penulis pemula ingin mengabaikan proses ini. Apa sajakah hambatan itu? Mari kita simak.

Hambatan dan kesulitan dalam membuat kerangka tulisan bagi penulis pemula biasanya:

1.     Penulis kurang bisa mengembangkan ide. Sehingga tulisan yang dihasilkan tidak mengarah karena hanya ingin menghasilkan tulisan yang banyak saja.

2.     Tidak terbiasa memecah-mecah gagasan menjadi beberapa bagian yang lebih rinci.

3.     Inti dari kedua poin di atas adalah hambatan dalam membuat karangan lebih disebabkan karena kita tidak terbiasa dalam membuatnya. Jadi bisa dibiasakan unutk memulai suatu tulisan dengan membuat kerangkanya terlebih dahulu.

Untuk mengurangi kesulitan yang timbul dalam mulai belajar membuat kerangka, berikut terdapat beberapa tips:

1.     Tuliskan gagasan/ide tulisan yang ingin kita tulis. Ide itu bisa berupa satu kata atau lebih atau mungkin berupa kalimat.

2.     Pikirkan apa saja yang ingin kita bagi dalam tulisan kita. Informasi apa saya yang ingin kita sampaikan terkait dengan ide tulisan yang telah kita buat sebelumnya.

3.     Jika mengalami kesulitan dalam membuat kerangka usahakan satu topik bahasan dalam kerangka nantinya akan membentuk sebuah paragraf.

4.     Mengingat kembali pelajaran Bahasa Indonesia, bahwa dalam satu paragraf biasanya terdiri dari beberapa kalimat. Terdapat kalimat yang berisi kalimat utama dan ada satu atau beberapa kalimat pengembang.

Pembuatan kerangka tulisan ini dapat menggunakan suatu alat yang disebut peta pikiran. Alat yang dapat membantu kita dalam membuat peta pikiran salah satunya adalah XMind seperti yang tampak .

Contoh kerangka tulisan dibuat dalam XMind

Demikian pembelajaran bersama mengenai pembuatan kerangka tulisan. Semoga dapat mempermudah kita yang ingin memperbaiki proses penulisan kita.

Sumber:


http://goo.gl/fJm1B5

Transparansi dalam Pajak


Mendengar kata pajak pasti membuat sebagian besar orang akan menyingkir. Atau malah berusaha berpikir untuk dapat membayar pajak sekecil mungkin. Jadi slogan “Hari ini tidak bayar pajak? Apa kata dunia?” Itu bukan menjadi ancaman yang memalukan bagi para wajib pajak.

Tapi jangan langsung menyalahkan para wajib pajak. Karena kepercayaan rakyat khususnya para wajib pajak memang harus dimunculkan kembali setelah berbagai kasus yang menjerat para aparat di dirjen pajak.

Tetapi bukan hanya itu masalahnya. Bagi para wajib pajak, hak-hak yang melekat seiring dengan kewajiban membayar pajak sepertinya bukanlah hak yang sebenarnya harus diperoleh oleh wajib pajak. Mengapa demikian?

Hal itu karena dari sekian hak-hak wajib pajak semuanya berujung pada kewajiban yang hanya diperlonggar saja. Wajib pajak masih diperlakukan sebagai objek dan bukan subjek. Misalnya seperti yang tercantum pada buku panduan Hak dan Kewajiban Wajib Pajak, misalnya hak dalam hal wajib pajak dilakukan pemeriksaan.

Meskipun tujuannya adalah memberikan hak tetapi inti dari pemberian hak itu bukankah melakukan pengecekan terhadap kepatuhan pembayaran pajak sang wajib pajak? Lalu bagaimana dengan slogan lainnya yang berbunyi “Patuhi pajaknya dan awasi penggunaanya?

Bagaimana cara wajib pajak ini mengawasi penggunaan pajak yang telah mereka setorkan? Bagaimana para wajib pajak mengetahui uang-uang itu memang digunakan sebagaimana seharusnya? Seperti diakui Negara Indonesia ini sangat luas. Jadi bagaimana mereka bisa mengetahui seberapa besar penyerapan uang pajak mereka kepada Negara? Ekstrimnya lagi apakah uang yang telah disetorkan benar-benar digunakan untuk pembangunan dan kesejahteraan rakyat?

Berbagai dokumentasi mungkin dimuat di media cetak maupun elektronik. Tapi sejelas apakah berbagai bukti itu mampu meyakinkan dan jlentrehke banyaknya uang yang telah wajib pajak setorkan?

Kurangnya kejelasan transaksi apa saja yang dikenakan pajak juga terasa menjebak para wajib pajak. Banyak menerima surat peringatan dan himbauan untuk pembayaran pajak yang bahkan para wajib pajak tidak tahu bahwa apa yang mereka lakukan itu ada pajaknya. Sampai-sampai terlintas di pikiran “jangan-jangan duduk di taman kota juga harus bayar pajak?” hehehe.

Para pemangku kepentingan di dirjen pajak seharusnya memang harus segera mengerahkan pegawainya, agar lebih memberikan pencerahan mengenai seluk beluk pajak. Agar tidak ada lagi perasaan terjebak dari wajib pajak. Brosur-brosur dan selebaran yang menerangkan hal itu sangat bisa membantu para wajib pajak.

Dan ada satu lagi yang mungkin dapat meningkatkan kepercayaan wajib pajak, mengapa sejak dulu hingga kini tidak pernah ada semacam klarifikasi dan pertanggungjawaban dari Negara dalam hal ini dirjen pajak sebagai instansi yang mengurusi perpajakan? Laporan pertanggungjawaban itu selalu ada meski untuk penggunaan dana yang kecil, misalnya laporan tahunan penggunaan dana di sekolah, dan mungkin bahkan di lingkungan RT. Tetapi mengapa laporan pertanggungjawaban itu tidak wajib pajak terima dari Negara dalam hal ini dirjen pajak?

Para wajib pajak berhak mengetahui berapa besar pemasukan dari pajak dan digunakan untuk apa saja uang hasil pajak tersebut. Di era yang sudah sangat memudahkan pertukaran informasi, bukankah mudah dan murah mengirimkan laporan pertanggunjawaban tersebut kepada wajib pajak?

Pengiriman itu bisa melalui pos, maupun digelar di media cetak bahkan bisa juga lewat jaringan internet melalui email ke masing-masing wajib pajak.
Kejelasan penggunaan dana itu penting bagi wajib pajak, agar mereka yakin bahwa mereka tidak sedang memberi makan Gayus-Gayus yang lain. Dan agar para wajib pajak yang ingin taat pajak itu dapat ikut mengawasi penggunaan pajak dengan maksimal. Jangan sampai tidak ada yang mengetahui bahwa penggunaan pajak mungkin hanya digebyah uyah untuk hal yang tidak terlalu signifikan dan tidak mendesak.