Pernahkah teman-teman merasa sangat malas melakukan
apapun? Pinginnya hanya leyeh-leyeh
di depan TV, ganti-ganti chanel TV hingga tak terasa waktu berjalan sangat
cepat dan kita hanya mendapatkan sebuah kehampaan?
Jujur saya lumayan sering merasa demikian (hehehe malu
saya…), tapi ya itulah yang terjadi dan memang harus saya akui. Hal tersebut
seringkali tak sadar melenakan kita, berdalih ah hari ini santai-santai saja,
toh kemarin-kemarin sudah bekerja sangat keras.
Hmmm bolehlah bersantai, toh tubuh kita juga punya hak
untuk beristirahat dan bersantai sejenak. Tetapi jangan keterusan, karena
sesuatu yang melenakan itu biasanya mudah berubah menjadi candu.
Kecanduan itu saya lihat sebagai suatu aktivitas yang
berlebihan. Jadi harus dihilangkan. Segala sesuatu yang berlebihan kan tidak
baik, begitu kan kata orang bijak?
Lalu apa yang harus dilakukan jika kita mulai merasa
kecanduan terhadap sesuatu, terutama yang bisa berdampak buruk pada diri kita? Contoh
paling dekat dengan dunia kita misalnya kita kecanduan nonton drama korea,
kecanduan nonton infotainment, kecanduan nonton sinetron dll. Contohnya ibu-ibu
banget ya? Maklum yang nulis memang ibu-ibu.
Nah tak sadar kita telah membuang banyak waktu untuk
melakukan berbagai aktivitas tidak penting seperti di atas. Mengapa tidak
penting? Ya karena itu hiburan, dan akan menjadi tidak penting karena kita jadi
melupakan aktivitas yang lebih produktif lainnya hanya untuk hiburan semata. Eman-eman kalau kata orang Jawa.
Saya juga termasuk orang yang sangat senang dengan
sesuatu yang melenakan, sesuatu yang hanya santai-santai tetapi tetap bisa
kenyang makan enak, hidup sukses. Tapi itu sudah pasti akan selesai di
angan-angan saja. Karena di luar sana, banyak orang tidak lelah bergerak untuk
meningkatkan kualitas hidupnya.
Saya bersyukur berada di lingkungan yang sangat aktif
dan mencintai produktivitas. Serta tidak suka dengan segala macam bentuk
kemalasan. Dulu saya sering menjadi korban kemarahan lingkungan terdekat saya
hehehe. Apalagi sebabnya, kalau bukan karena sifat saya yang cenderung
mengabaikan waktu.
Pelan tapi pasti, saya pun mulai tersadar, apakah saya
hanya akan selesai di dunia ini tanpa membawa bekal apa-apa? Apakah saya tidak
ingin meninggalkan kesan baik untuk anak keturunan saya? Sehingga saya mendorong
diri untuk segera bangkit dan ikut berlari mengejar mereka yang mungkin telah
jauh meninggalkan saya.
Mencari lingkungan yang baik dan membaikkan memang
mutlak untuk kita yang senantiasa ingin memperoleh kebaikan selama hidup kita
dan untuk bekal kita ke “sana” nantinya.
Semoga kita dimudahkan dalam mendapatkan lingkungan
itu. Semoga saja. J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar