Senin, 22 Agustus 2016

Pasangan Berkhianat?

Pernah punya pengalaman serupa, atau mungkin mendengar curhatan saudara atau teman? Geregetan, marah, ingin memaki para pengkhianat cinta, semacam itulah efek buruknya bagi saya jika membicarakan isu populer tersebut. Hingga akhirnya lebih sering memunculkan perbuatan-perbuatan yang justru memalukan jika tidak dikendalikan. Dan menulis menjadi salah satu terapi untuk mengendalikan kemarahan ^_^.

Si pelaku terlihat menjijikkan dan bagian penderita tampak menyedihkan. Lalu saya? Apa yang bisa saya lakukan? Mendengarkan, dan sesekali melontarkan kata-kata "sabar". Klise. 

Bagaimana menyikapi dan menghadapi para pengkhianat cinta yang tanpa ampun mencabik-cabik harga diri pasangan sahnya?  Cih...memangnya mereka siapa? #pasang muka sinis. 

Melelahkan dan akan mengganggu produktivitas jika kita kalah dalam menghadapi persoalan selingkuh diselingkuhi. Sudah diselingkuhi, ditambah merasa sedih dan terpuruk karena diselingkuhi? Rugii besar lah!

Saya ingin menyikapi kondisi tersebut dengan cara berbeda yang semoga lebih menenangkan. Coba kita tenangkan hati dan mencerna yang terjadi.

Saat pasangan berselingkuh siapakah yang berbuat kejahatan? Diri kita atau mereka? 

Ketika mereka dengan tanpa malu, menuruti hawa nafsu bejat. Siapakah yang sedang gila? Kita atau mereka?

Meninggalkan pasangan sahnya dan membela mati-matian bahkan rela bersama berdua meski di neraka. Siapakah yang akan merasakan akibatnya? 

Mereka! Iya, hanya mereka. Jadi, kita tidak perlu ikut-ikutan "gila" hanya karena berada di posisi sebagai seolah-olah pelengkap penderita. Seolah-olah? Yup, seseorang yang kebagian peran diselingkuhi terlihat menyedihkan dan semakin menyedikan jika korban perselingkuhan itu menampakkan demikian. Sedih, terpuruk, emosi tak stabil semakin menghalalkan anggapan bahwa diselingkuhi itu suatu penderitaan. Heyyy..? Itu salah besar!

Sebetulnya merekalah yang menderita. Menderita oleh kebahagiaan semu, menderita oleh kewalahan mengelola nafsu. Dan, percayalah. Pasangan selingkuh yang dengan keji meninggalkan pasangan sahnya, tentu akan mudah meninggalkan pasangan selingkuhnya untuk mencari yang lain. Menjadi semacam lingkaran setan tak berkesudahan. Apa yang kau tanam, itulah yang kau tuai. 

Asiyah istri Firaun adalah wanita mulia, tidak berkurang kemuliaan dan ketaatannya meskipun bersuami durjana. Nabi Luth as, tidak berubah atau turun pangkat kenabiannya, padahal mempunyai istri pembangkang dan pengkhianat. Karena mereka yakin bahwa Tuhan mereka menjanjikan kebahagiaan lebih bagi yang setia pada kebenaran dan kebaikan. Dan mereka bahagia. Jadi, siapapun pasangan kita, minumnya eh kebahagiaan ada dalam kendali kita sepenuhnya. 

Berani coba? ^_^ Caranya keep the spirit of taat.