Minggu, 29 Maret 2015

[EF#13] Badminton or Aerobic?

What kind of sport do I prefer to stay healthy? Hmmm … it’s interesting. BEC always make me smile when I read their challenges every weeks. The challenges burn my mind and refreshing my day. Yeay! Ok it’s enough making BEC's team blushing hehehe.

Back to the topic, actually I like sport eventhough I am not discipline enough in it *errrr … somebody please help me out of that undisciplined manner. It’s mean sometimes yes sometimes, I do sport and enjoy that activities.

There are few kind of sport that I rarely do together with my family, like bicycling around the village enjoying the sunrise moment or sometimes I prefer playing badminton with my sons and the other times I choose to do aerobic.

Which one that I like among them? Hmmm that's all interesting and make my day. But actually I like aerobic better than others hehehe. Why? Oh yes, because aerobic can make me moving and relaxing of course. The music that escort until the aerobic is so relaxing. Slow music and up beat are same, that’s cool. And the point is I am not feel tired during the aerobic, yup that is the important things for lazzy mom like me hohoho. Not because it's a simple and easy thing to do, but it caused by enjoy feeling and refreshing impact from that body motion hehehe ... .


That’s all about my choosen sport activity, what about your sport activities guys? Just let me know J

Sabtu, 28 Maret 2015

Kamulah Jawaban Doaku

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Suamiku ...
Ternyata sudah 10 tahun kita menjalani hari-hari bersama dalam naungan pernikahan. Pertemuan yang tidak pernah aku sangka sebelumnya. Pernikahan yang tidak pernah terbayang sebelumnya. Suka duka kita jalani bersama, meskipun sebenarnya aku merasa lebih banyak sukanya ketimbang dukanya. Apakah kau juga merasa demikian?

Suamiku ...
Setelah sekian lama berada di sampingmu, mempelajari tabiatmu, mengerti kebiasaanmu dan belajar mencintai apa-apa yang kaucintai, menyadarkanku bahwa telah banyak hal yang aku pelajari dari dirimu. Banyak pengertian yang kurangkum dalam setiap perbuatan dan perkataanmu. Bahwa cinta tidak mengenal kata benci, bahwa mencintai berarti mengajaknya memperbaiki diri, bahwa mencintai orang lain setulus hati bukan sekedar empati melainkan perwujudan kecintaan pada Ilahi. 

Suamiku ...
Meski terkadang kerasnya tabiatmu membuatku sesak dan tak bisa bergerak, tetapi tabiatmu itulah yang telah menggiringku ke dalam kebaikan yang selalu kautawarkan. Kerasnya kau pada prinsip-prinsip hidupmu itulah yang membuatku harus senantiasa menjadi hamba yang tak henti 'bergerak'. 

Suamiku ...
Duluuu, pernah aku ragu dengan apa-apa yang ada dipikiranmu. Duluu ... aku membayangkan untuk menjadi istri dengan tugas mengurus rumah tangga, mengurusmu dan anak-anak kita, itu saja. Tetapi ternyata kau tidak demikian, saat anak-anak masih kecil kau telah membebaniku dengan tanggung jawab untuk ikut membantu aktivitasmu. Dan pekerjaan itu sering memaksaku ke luar rumah, bahkan kadang harus ke luar kota. Duluuu ... aku sering protes dengan kondisi itu. Dan kau tetap dengan pendirianmu, bahwa menjadi seorang istri bukan berarti menutup kemungkinan bagiku untuk lebih berkarya dan meningkatkan daya.

Suamiku ...
Terima kasih untuk semua paksaan yang dulu kau lakukan padaku. Karena aku keras kepala maka memang dibutuhkan semacam paksaan itu untuk menggiringku. Terima kasih karena telah sabar membimbingku, mengerti aku dan mendampingi langkah-langkahku. Dan terima kasih untuk selalu memaafkan kesalahan-kesalahanku, keegoisanku dan sikap kekanak-kanakanku. Untuk itu maafkan aku.

Suamiku ...
Percaya atau tidak? Kau adalah jawaban dari doa-doaku hehehe ... . Aku yang dulu sangat merindukan sosok tangguh dan berwibawa, cerdas hati dan pikiran, sholih dan penyayang sejati, membuatku tanpa sadar melantunkannya dalam doa-doa di setiap helaan nafasku dan dalam perwujudan perbuatanku. Dan kamulah yang Allah kirim untuk mengobati rinduku itu hehehe ... . Dan tahukah kau betapa beruntungnya aku karena memilikimu. 

Suamiku ...
Aku yang keras kepala ini tanpa terucap berkeinginan dan mendamba sesosok suami yang lebih keras dari pada aku. Dan kau memang jauh lebih keras dan bisa memaksaku untuk tunduk dan patuh dengan ucapanmu itu. Terima kasih untuk itu.

Melalui surat ini aku ingin membaitkan doa untukmu wahai kekasih, guru, teman, dan sosok yang sering bersembunyi di balik tumpukan gengsi hehehe ... 

"Semoga kebaikan, kesehatan, kesejahteraan dan kebahagiaan serta keselamatan senantiasa menyertaimu. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikanmu dengan balasan kebaikan yang berlipat-lipat, semoga Allah SWT mengganti setiap usahamu dengan catatan amal kebaikan untuk bekal menuju kehidupan sesudah kematian. Semoga Allah SWT menggugurkan dosa-dosamu dan menghapusnya dari buku catatan amal perbuatanmu. Dan semoga kau akan selalu mencintai-Nya dan Rasul-Nya tetap dengan sepenuh hatimu." 

Rasanya tak kan habis kata untuk melukiskan betapa besar keberkahan yang kurasakan setelah bertemu dan berbagi kisah denganmu. Untuk itu kusampaikan bahwa aku ingin terus mendampingimu hingga di kehidupan selanjutnya. Semoga Allah SWT mengampuni kita, menghimpun yang berserak diantara kita dan menyatukan kita di surga-Nya. Amiin

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Dari Istrimu

Tulisan ini diikutkan dalam GiveAway "Rahasia Hati Suami"



Rabu, 25 Maret 2015

Cihuiiii tulisanku dimuat!

Tanggal 21 Maret 2015 adalah hari yang sangat bersejarah bagi saya hehehe. Bukan apa-apa, hanya saja hari itu terjadi peristiwa yang membuat hati saya berbunga-bunga hihihi. Langsung saya ceritakan saja ya, jadi di hari itu tepatnya pada pukul 10.00 WIB terdengar suara motor berhenti di halaman rumah saya. Ketika saya melongok dari jendela di ruang tamu, ternyata yang datang adalah pak pos. Pak pos memang cukup sering menyambangi rumah kami. Karena selain saya, anak-anak juga gemar mengirimkan hasil karyanya ke majalah-majalah. Selain itu pak pos juga sering datang untuk mengantarkan surat-surat yang terkirim untuk salah satu anggota keluarga di rumah.

Jadi kedatangan pak pos hari itu tidak terlalu menjadi moment spesial bagi saya.
"Oooo pak pos datang, mau ngater apa lagi nih pak pos?"

Ketika saya hendak berhambur keluar, terdengar suara suami saya yang ternyata lebih dulu keluar rumah menemui pak pos.

"Di sini benar ada yang namanya Dian? Dian Maretha?"

"Iya benar pak, dan saya suaminya" sahut suami saya

Saya tidak terlalu menyimak obrolan tersebut, hanya saja sayup-sayup terdengar obrolan suami saya dan pak pos, yang banyak menyebut-nyebut nama saya. Hingga akhirnya suami memanggil saya,

"Ummiii, wah oleh kiriman duit okeh ki!" (Saya terjemahkan ya "Ummi, wah dapat kiriman uang banyak nih")

Mendengar kata uang apalagi ada embel-embel banyak, tentu saja saya langsung melompat keluar menemui sumber suara tadi hehehe.

"Duit? Duit ko sopo Bah? Piro duite?" ("Uang? Uang dari siapa Bah? Berapa jumlahnya?") *Hal yang berhubungan dengan uang selalu menarik untuk dikorek hahahaha ... .

Dan suami segera menyodorkan dua lembar kertas yang setelah saya baca memang benar ada yang mengirimkan uang kepada saya sejumlah Rp 45.000,- dan Rp 20.000,-. Dan setelah saya amati pengirimnya dari Solopos.

"Yuhuiiiii, tulisanku dimuat di Solopos! YES!" *melompat kegirangan, lupa umur dan berat badan.

Tanpa mempedulikan jumlah uang yang mungkin bagi sebagian orang tidak seberapa, saya melompat kegirangan. Uang yang tertulis di dalam kertas wesel itu bagi saya merupakan nikmat yang luar biasa. Rasanya seperti anak kecil yang dibelikan mainan yang sudah menjadi incarannya. Sambil mengingat-ingat tulisan mana yang dimuat, saya terus berceloteh dengan gembira *maklum saya telah menulis cukup banyak dan mengirimkannya ke beberapa media dan belum ada yang dimuat sebelumnya jadi agak lebay dan katrok bersikap hehehe ... .

Nah untuk pembaca budiman yang ingin ikut membaca tulisan aslinya monggo baca sebelah sini. 







Gara-gara Panik (Dimuat di Solopos)

Tulisan ini saya kirimkan ke koran Solopos, dan Alhamdulillah saya dapat honor dari tulisan saya ini hehehe ... . Monggo yang ingin membaca tulisan aslinya yang saya kirim ke Solopos sekitar sebulan yang lalu.

Lady Cempluk baru beberapa hari ini bisa mengendarai mobil. Meskipun begitu Lady Cempluk sudah cukup lancar dalam mengendarainya. Dan untuk lebih memantapkan kelincahannya dalam berkendara roda empat, maka Lady Cempluk harus mengantar jemput anak-anak ke sekolah dengan menggunakan mobil.

Mobil yang biasa digunakan oleh Lady Cempluk memang mobil yang sudah cukup tua umurnya, tetapi Lady Cempluk sangat suka mengendarainya karena body mobilnya yang lumayan imut dan pas untuk ukuran tubuh Lady Cempluk yang tak kalah imut itu.

Pagi itu mulailah Lady Cempluk dalam latihan pemantapannya, yaitu mengantar anak-anak ke sekolah. Jarak rumah yang ditinggali Lady Cempluk dan suami ke sekolah anak-anak kurang lebih 3 km. Dan karena rute yang dilalui masih berada di dalam lingkungan tempat tinggalnya, jadilah Lady Cempluk tidak ditemani oleh Jon Koplo, suaminya.

Dengan perasaan yang masing tegang, Lady Cempluk berusaha menjalankan mobilnya dengan kecepatan yang teramat pelan. Itu dilakukan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, begitu Lady Cempluk selalu berkilah soal kecepatan mengendarainya.

Setelah perjalanan berangkat ke sekolah sukses dilalui, kini Lady Cempluk pulang kembali ke rumahnya seorang diri. Tiba-tiba setelah sudah sampai setengah perjalanan menuju rumah, mobil yang dikendarai Lady Cempluk itu langsung mati mesin. Karena kejadiannya mendadak dan Lady Cempluk memang belum lincah memainkan setir mobil, jadinya mobil mogok dengan posisi miring yaitu kepala mobil sudah berada di pinggir jalan sedangkan ekor mobil masih di tengah jalan.
Tak mau menimbulkan kekacauan di jalan yang cukup padat itu, Lady Cempluk segera meminta bantuan kepada dua orang pemuda yang kebetulan sedang berada di sekitar tempat itu.

“Mas-mas nyuwun tulung, mobil kulo mogok. Saget ngewangi ndorong minggirke mobil kulo mboten?” Ujar Lady Cempluk.

“O nggih bu” Jawab dua orang pemuda itu sambil segera menuju mobil yang ditunjuk oleh Lady Cempluk.

“Njenengan yang nyetir, kami yang ndorong nggih bu.” Pemuda yang satunya memberi sedikit perintah.

Masuklah Lady Cempluk ke dalam mobilnya, dan kedua orang pemuda tadi mulai mendorong mobil. Lady Cempluk segera memutar setir mobilnya agar mobil bergerak ke pinggir jalan.

“Waduh kok mobil iki abot men yo. Didorong kok yo ra gelem maju-maju” Kata salah satu pemuda itu sambil mengusap keringat yang mulai mengucur.

Kedua pemuda yang dimintai tolong Lady Cempluk memang sangat baik, meski mobil itu sangat berat dan kesusahan untuk didorong, mereka tetap mendorong mobil itu hingga ke pinggir jalan. Lady Cempluk yang di dalam mobil juga merasa tidak enak, sehingga meski tidak ikut mendorong, Lady Cempluk ikut gembrobyos, adus kringet.

Setelah sampai di pinggir, Lady Cempluk segera mengeluarkan uang dari dompetnya untuk diserahkan kepada dua orang pemuda yang telah membantunya. Tetapi karena pemuda tadi memang anak baik-baik, jadinya ya mereka tidak mau menerima bentuk ucapan terima kasih dari Lady Cempuk itu, dan Lady Cempluk hanya bisa mengucapkan terima kasih untuk para pemuda itu.

Ketika masuk mobilnya dan akan menelepon suaminya, Lady Cempluk menyadari sesuatu. Ternyata hand rem mobilnya belum diturunkan! Ya ampuuun … pantesan mobil e ora gelem mlaku, lha wong mobile memang masih direm kok!

Lady Cempluk semakin merasa tidak enak dengan anak muda yang sekarang masih duduk di seberang jalan sambil kipas-kipas dan ngelap keringat yang masih menetes. Lady Cempluk hanya bisa melongo dan semakin merasa tidak enak hati.


Lady Cempluk : Dian

[EF#12] My Motorcycle is My Hero

Tell a story about means of transportation make me realize that I have a hero. Yes, this hero which always help me go here and there whenever I want, never complain hehehe ... . And that is my motorcycle. Since i got the license of driving, I usually go by motorcycle.

I can imagine if I can't ride the motorcycle, may be I will get a lot of difficulties. Cause in this fast era, we will get more lost if we can't move faster, do you agree?

Why I use motorcycle, how about another means of transpportation?

Actually I used public transportation like bus to help me go to some places. But, I had a lot of bad experiences on it hehehe ... . Yes, at that time when I didn't have a driving license, bus is the only one means of transportation that I choose. I had to choose it, and happy with it even it often disappointed me.

Let me tell you first about my bad stories with public transportation. What do you feel, when you go alone and sadly the passenger is only you and the driver won't take you on your direction and leave you in the middle of the street? Alone? Sadly? Angry? Yes, that was what I feel. And this case often happen at that time. *fiuh

More over is overload of passengers that always did by those public transportation, it's clear that it is uncomfortably, unsafe and of course unfair hehehe

So I turn my mind to use motorcycle for helping my activities. With this means, I can leave and go easily, more comfortable *for me, and of course I feel free ... cause I can go when, where, with who? It's depend on me hehehehe ...

Eventhough for now sometimes I use car to mobile, but I still choose a motorcycle as a favourite means of transportation hehee.

Why?
Yeah, cause motorcycle can go faster, can through on the narrow streets, and agile in the traffic jam hehehe

OK this is my means of transportation. How about yours?


Senin, 16 Maret 2015

[EF#10] My Favourite Indonesian Foods

This challenge almost make me confuse to share what kind of Indonesian food that i like so much. Cause i have more than one Indonesian favourite food. There so much kind of food and complete of taste. Start from the sweety one until the spicy one available in Indonesian food.

So i will share what kind of that food that i like hehehe ..
Hasil gambar untuk gudeg yu djum
Gudeg di sini


1. Gudeg. Yup this is special food and original from Jogjakarta. Actually I don't really like sweet meal, but his sweety and tasty food like melt in my mouth, and hmmm yummy. But i just like gudeg which called Gudeg Yu Djum hehehe. Swear! I am not in promotion now. Just wanna say that in my mouth this gudeg taste really good. Perfect! Hehehe, it is sweet enough for me.  







2. Gado-gado especially gado-gado Jakarta. In my town, Jogjakarta, I have a special stall which sell gado-gado Jakarta and the taste is really-really good. That stall location is beside Sardjito hospital, in the parking area in the north of the hospital. The biggest hospital in Jogjakarta. But, you have to be patient if wanna taste this food, especially in the lunch time. Cause that stall will full of customer who willing stand in line and waiting for about one hours to be the one who get the delicious gado-gado.

Hasil gambar untuk gado-gado jakarta
Gado-gado mantap













3. Empek-Empek. Who can deny the great taste from this meal. Yeah, someone who has try this kind of food will agree with me that empek-empek is a very yummy and popular food in Indonesia. It's from South Sumatra but the taste has go around country. The strong taste from fish in the empek-empek and the spicy aour and refreshing thin sauce will make us can't stop to enjoy this meal.

Hasil gambar untuk empek-empek
Empek-empek Kapal Selam
4. Tekwan. This meatball food is still come from South Sumatra and the substance still the same with empek-empek. Which make this meal different from empek-empek is this food taste is like Bakso. So how can you imagine that? Yup, it is hot, refreshing, tasty and yummy food. It will nice to grab this food no matter the weather is. Eventhough it's rainy day or very hot day, this food will accompany us to make our day more exiting.
Hasil gambar untuk tekwan
Tekwan
Yeah, i really did it! I can post this article eventhough almost late, hehehe. Thanks God Who always give me healthy and chance to get more experience in my life. Included my chance to taste so many wonderful cuisine from this beautiful country. Keep healthy guys! And keep hunting great and tasty food ...

Senin, 09 Maret 2015

Nikah Yuk!

Ngomongin tentang nikah itu sering menimbulkan rasa sensitif dalam hati, terutama di dalam hati jomblowan dan jomblowati. Dan dulu, duluuuuu sekali ketika saya masih sebagai gadis imut yang tentu masih jomblo, saya sering merasa mupeng *agak ke iri sih sebenarnya hahaha ... *, jika ada teman seumuran yang udah nikah. Rasanya kok ajib aja gitu, masih muda tapi sudah ada yang punya, halal pula hehehe ...

Karena penasaran dengan apa dan bagaimana persiapan menuju pernikahan yang barokah, maka ketika kuliah dan ada seminar pra nikah saya pun ikut serta hehehehe... Dan hasilnya saya semakin ingin menikah muda hahaha... Nah lo, kenapa? Iya, karena di seminar yang disampaikan oleh Mohammad Fauzil Adzim itu, membagi cerita tentang berbagai pernikahan muda yang tetap penuh prestasi. Oke banget kan? Contohnya ga usah jauh-jauh, Bapak yang nulis buku best seller Kupinang Engkau dengan Hamdalah ini adalah salah satu contoh bukti bahwa pernikahan di usia muda tidak akan memberi dampak buruk bagi masa depan, justru yang terjadi malah sebaliknya, prestasinya semakin moncer.

Contoh lain yang nikah muda dan sukses? Banyaak! Ada Andi Alfian Mallarangeng yang menikah di usia 22 tahun dan berhasil menyelesaikan S-1, S-2 dan S-3 nya dengan cum laude. Lain lagi dengan dr. Nina Surtiretna yang menikah ketika masih kuliah di semester 2 di Fakultas Kedokteran UI dan tetap aja bisa lulus dengan prestasi yang menakjubkan. Wow!

Tokoh lain lagi yang juga menikah muda dan tetap sarat prestasi adalah Dr. Didin Hafidhuddin, M.Sc. yang menikah saat kuliah dengan IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) dua semester pertama saat menempuh S-2 bernilai sempurna, 4,0. Dan selebihnya diselesaikan dengan cum laude.Jadi ngiler pingin nikah kan?? Lalu mengapa harus takut menikah? Merasa terlalu muda untuk menikah? Pingin cari karir yang setinggi langit segede gunung? *eits stop! kok malah jadi menghakimi yang mau berkarir gini sih*

Teman...menikah itu bukan soal berapa umur yang siap untuk menikah, tetapi bagaimana kesiapan seseorang dalam menghadapi dan mengarungi sebuah pernikahan. Karena tua itu pasti dan dewasa itu pilihan *kayak yang di iklan-iklan itu*. Jadi mulailah berpikir secara dewasa, dan berlatih menjadi pribadi yang dewasa. Ciri pribadi yang dewasa itu gampang aja kok, yaitu pribadi yang bertanggung jawab.

Pernikahan yang ibarat pintu gerbang itu, jika kita buka sebenarnya kita akan menemui hal yang masih sama dengan kehidupan kita yang sekarang. Tetap akan kita temui masalah-masalah yang rumit bin pelik, kadang ada canda tawa bahagia, terkadang hadir pula duka nestapa dan air mata membanjiri *halah.

Tetapi bedanya ... setelah menikah berarti kita punya belahan jiwa *cieeeeee...., dan itu artinya kita punya tempat bersandar saat letih cieeee ... , ada tangan yang siap menggenggam tangan kita saat kita merasa rapuh cieee ... , dan kita jadi punya sahabat sejati untuk berbagi suka duka bersama. Merangkai mimpi yang sama dan bersama-sama mewujudkannya, saling berlomba menjadi yang terbaik di mata-Nya dalam peran sebagai suami dan istri. Dan itu semua sangat menyenangkan, mendamaikan dan tentu saja semakin mendewasakan. :)

Ah kalau itu sih gampang, cari saja sahabat yang baik. Oke! Tapi jangan salah! Memang benar banyak sahabat di sekitar kita yang siap membantu, ada saat kita susah dan senang. Tetapi benarkah itu cukup? Coba tanya ke dalam hati kecil para teman sekalian, benarkah sahabat itu telah cukup mengisi dan menutup kegelisahan, keraguan, bahkan kadang kesedihan kalian? Sepertinya masih belum cukup. Karena Hawa diciptakan untuk melengkapi Adam. Demikian juga kita memerlukan pasangan yang dapat melengkapi kepingan puzlle kehidupan kita yang belum terbentuk sempurna. Dan melalui pernikahan itulah diharapkan kita dapat melengkapinya.

Kalau kata suami saya sih, "Tidak ada bujang yang kaya, yang ada kaya itu setelah menikah." hehehe. Entahlah, tetapi satu yang pasti menikah dapat membukakan pintu rejeki. Rejeki apa saja ... baik itu rejeki secara batin maupun rejeki secara lahir. Wallahualam

"Tulisan ini diikutsertakan dalam Giveaway 3rd Anniversary The Sultonation"


[Suka Duka Hijabku] Jilbabmu Mempesonaku

Dari judulnya terkesan bahwa yang nulis ikhwan (alias mas-mas) yang sedang terkagum-kagum dengan kibaran jilbab seorang akhwat bukan? Eits, Anda keliru teman, yang nulis ini perempuan tulen (buktinya dah melahirkan dua anak laki-laki hehehe ...). Tapi begitulah, jilbab (begitu saya biasa menyebutnya) telah saya kenal sejak tahun 1996, tepatnya sejak saya duduk di kelas 2 SMP. *Nah mulai menghitung kan, kira-kira sekarang saya umur berapa, hehehe ...* Yah, biarpun pada masa itu jilbab belum sepopuler sekarang, tapi di sekolah saya jilbab biasa digunakan saat ada pelajaran agama, sehingga lumayan kenal lah dengan jilbab.

Pada jaman saya masih remaja imut itu, saya termasuk yang kolot *itu kata orang tua saya dulu hehehe*. Iya, karena saya selalu menolak memakai baju ketat dengan lengan super pendek, apalagi yang model you can see my lek ( baju yang ga ada lengannya ituuu...), aduuuh ga banget deh. Rasanya kok kayak seluruh tubuh saya tidak tertutup baju. Betul kan saya bilang tadi, saya ini kolot udah dari bawaan lahir meski mungkin tidak diturunkan oleh bapak ibu saya hehehe karena bapak ibu saya modis banget.

Oh ya, sebelum saya cerita tentang jilbab, saya mau cerita tentang lingkungan dan keluarga di mana saya dulu dibesarkan. Saya adalah anak perempuan, sulung dari dua bersaudara, dengan adik laki-laki. Saya tinggal dan dibesarkan di keluarga yang boleh dibilang jauh dari nilai agama. Susahnya hidup membuat orang tua saya terlalu berorientasi pada materi saja. Sehingga mereka hampir melupakan bahwa ada Dzat Yang Maha Tinggi yang mempunyai kuasa terhadap dunia dan isinya.

Kehidupan tersebut saya jalani dengan sangat nyaman, hingga akhirnya saya beranjak remaja. Sifat saya yang sering haus ilmu dan senang mempelajari hal-hal baru lantas mempertemukan saya dengan jilbab *bukan sedang songong, beneran ini cerita saya dan proses saya mengenal si jilbab :)*. Alhamdulillah, meskipun orang tua saya terlalu hedonis tetapi mereka tidak pernah melarang saya mengikuti berbagai macam kegiatan termasuk kegiatan-kegiatan keagamaan, termasuk pula pesantren kilat yang diadakan di sebuah pesantren di kota saya.

Allah Yang Maha Mengatur, saya menjalani berbagai kegiatan tersebut dengan semangat bergelora. Seperti musafir yang kehausan di padang pasir dan menemukan mata air. Begitulah saya kala itu, girang bukan kepalang, menyambut berbagai macam pengalaman dan ilmu. Dan saya semakin haus menimbanya. Hingga saya semakin terlarut menikmati balutan jilbab di tubuh saya, meski belum secara konsisten saya pakai.

Hingga akhirnya kelas 2 SMP saya merasa tidak bisa menunggu lebih lama lagi untuk menutupi seluruh tubuh saya dengan pakaian yang disyariatkan agama saya, Islam. Entah karena alasan apa, tetapi saya mengutarakan niat berhijab saya kepada orang tua. Meski saya ragu dengan jawaban mereka ,tetapi saya benar-benar mencobanya. Tanpa ba bi bu saya mengatakan pada mereka "Pak, Buk, saya ingin berjilbab." Tentu saja keinginan saya tersebut mengagetkan kedua orang tua dan jawabannya dapat ditebak. Saya belum boleh berjilbab, saat itu mereka memberi alasan bahwa jika waktunya belum tepat, karena jika harus berjilbab berarti seragam sekolah harus ganti yang serba panjang. Jadi akan rugi jika harus menyingkirkan baju yang lama. Alasan yang sebenarnya agak terlalu dipaksakan menurut saya, tetapi saya tetap menurut.

Baiklah, akhirnya saya mencoba berdamai dengan keadaan. Saya menahan diri, karena saya tahu betapa bapak ibu tidak gampang dalam menyukupi kebutuhan kami meski sebenarnya tidak bisa dibilang kesusahan. Akhirnya saya meminta mereka untuk mengabulkan keinginan berjilbab saya ketika saya masuk SMA. Mereka terdiam.

Waktu terus berganti, dan saya terus berdoa semoga akan ada kesempatan bagi saya untuk menjalankan perintah-Nya menutup aurot. Hingga tiba waktunya saya lulus SMP. Itu artinya saya sudah memasuki pendidikan yang lebih tinggi, dan itu artinya saya bisa menagih janji pada kedua orang tua saya untuk mengabulkan permintaan berhijab saya. Dan, meski dengan berat hati, bapak ibu mengijinkan saya. Kalau kata pepatah jawa "Diculke ndhase nanging digoceki buntute", yang arti gampangnya mereka tidak sepenuhnya memuluskan langkah saya untuk berjilbab. Banyak sekali kejadian-kejadian yang sering memancing emosi dan menyulitkan langkah saya berhijab (Alhamdulillah saya masih diberi kekuatan untuk tidak terpancing emosi) *Kesannya saya sedang menceritakan aib keluarga ya hehehe ... santai dulu teman ga usah terlalu tegang gitu ah bacanya ... Ambil cemilan dulu apa ngopi-ngopi dulu juga boleh*

Singkat cerita, saya merasa terintimidasi selama proses penghijaban diri saya itu hehehe. Akhirnya, saya kalah, jadilah saya memakai jilbab hanya ketika pergi ke sekolah (meski saya bersekolah di sekolah umum yang tidak mewajibkan siswinya berhijab). Bertahun-tahun hingga saya melanjutkan pendidikan menjadi seorang mahasiswi saya masih menjadi diri saya yang aneh itu. Meskipun begitu, sebenarnya dalam hati saya selalu berharap diberikan kekuatan lagi agar bisa menutup aurot secara kaffah sesuai yang diperintahkan-Nya. Dan saya tetap menjadi diri saya yang sibuk dengan pencarian ketenangan jiwa yang mengiringi hampir tiap malamnya dengan doa dan air mata kerinduan terhadap kedamaian.

Jadi di luar sana, saya dikenal sebagai muslimah taat (maksudnya penampakan seperti para akhwat dengan jilbab besarnya...). Saya memang seperti memakai topeng, saya memakai topeng ketika saya di lingkungan rumah tetapi saya menjadi diri saya ketika berada di luar rumah. Saya tidak bermaksud menipu siapapun ketika itu. Karena itulah kenyataan yang harus saya jalani.

Nah, karena saya ingin menjadi lebih baik maka saya lebih senang bergaul juga dengan orang-orang yang cukup baik. Baik akhlaknya dan baik pula ilmu agamanya, baik pula budi pekertinya *halah. Karena itulah mungkin saya juga bertemu jodoh juga dengan orang yang InsyaAllah cukup baik ilmu agamanya hehehe ....

Lelaki yang kemudian menjadi suami saya itu tahu betul bahwa saya di lingkungan rumah tidak memakai jilbab, tetapi dia tidak pernah menyinggungnya. Hingga beberapa bulan setelah kami menikah pun saya masih demikian adanya. Hingga hari itu pun tiba, suami saya yang saat itu di luar kota menelepon dan menyuruh saya untuk membaca surat Al Ahzab ayat 59 yang isinya tentang kewajiban menutup aurot, yang tentu saja dia sangat tahu bahwa saya pasti sudah sering membacanya. Tetapi satu kata yang selalu saya ingat darinya adalah. "Pakailah jilbabmu mulai sekarang dengan benar, dan saya akan menemani kamu melaluinya."

Mengapa suami harus mengatakan itu semua? Karena dia tahu kondisi istrinya masih tinggal dengan orang tua akan sulit menjalani perintah yang satu itu. Akhirnya, suami saya pulang dari luar kota, dan saya diajak jalan-jalan (tentu dengan hijab lengkap plus kaos kaki hehehe), hingga pulang ke rumah tidak saya lepas-lepas lagi (karena di rumah saya banyak non muhrim berseliweran keluar masuk hehehe), sampai sekarang. Saya akan berusaha menjaga amanah indah ini dengan sebaik-baiknya dan tidak akan saya lepas lagi. Insya Allah

Indahnya lagi, sekarang orang tua saya justru semakin senang memperdalam ilmu agama dan ibu saya mulai menutup aurotnya. Meskipun sekarang saya telah tinggal sendiri dengan keluarga kecil saya, selain suami dan anak-anak, bapak ibu tetap menjadi kekuatan saya menapaki jalan menuju kebaikan ini. Alhamdulillah ... Nikmat Tuhan Yang Mana Lagi Yang Kamu Dustakan


Minggu, 08 Maret 2015

[EF#9] My Ideal Meet Up

Hello guys! Sorry I almost late to post this challenge. Cause i have sick for several days, actually until now. But, I try to complete my duties hehehe. Ok fine.

Until now, i have never join a meet up yet. Not because I am not interesting with it, but as a house wife and a mother, sometimes I am not that free hehehe. you know what I mean? Yeah, the meet up often held on the holiday, and the holiday mean family time and...its mean i have to spend that day with them. Not bad at all, actually.

But, if someday I have chance to meet up, I have my ideal meet up hehehe. I hope that meet up will give me a lot of benefit *hahaha don't want to lose huh*. Yeah, i like some kind of meeting which full of spirit, full of knowledge, not only full of talking nonsense *wuih sound fierce*. For example, in that meet up we not only meet and greet, but we also share our experience *actually you guys that share your great experience and i will be a good listener hehehe*

May be in that meet up, I will get some knowledge to be a good writer, to be a good blogger or to make my sentence in English good enough to read. I hope it will happen when i follow a meet up.

Ouh, all that I have said is already available in every meet up. Really?! That's great! I hope I will have the right time to join the meet up soon. :)