Minggu, 22 Oktober 2023

Tidak Ada Jalan Menjadi Sukses, kecuali...

 “Success is no accident. It is hard work, perseverance, learning, studying, sacrifice and most of all, love of what you are doing or learning to do”—Pele

 

Kalimat di atas dapat diartikan yaitu “Kesuksesan bukanlah suatu kebetulan. Di situ berisi kerja keras, ketekunan, pembelajaran, pengorbanan, dan yang paling penting, cinta terhadap apa yang Anda lakukan atau pelajari.

Sekali lagi kita berbicara mengenai proses. Tidak ada yang instant untuk mencapai suatu tujuan. Langkah-demi langkah yang mungkin setapak demi setapak itu harus dijalani. Semua orang hebat mengatakan hal yang sama. Karena memang itulah jalan satu-satunya dalam meraih kesuksesan atau mencapai suatu tujuan.

Jika dilihat dari setapak demi setapak dan langkah demi langkah tadi, hal tersebut sudah menunjukkan kata kunci yang wajib dilakukan seseorang yang ingin mencapai kesuksesan, di bidang apa pun, yaitu Repetisi atau pengulangan. Ya, kata itu sebuah perwujudan dari sebuah ketekunan, ketangguhan dan kesabaran dalam menjalani suatu proses. Tidak mudah melakukan hal yang sama setiap hari dalam kurun waktu yang lama (mungkin bisa tahunan atau mungkin puluhan tahun). Tapi sekali lagi itulah jalan satu-satunya. Mengulang hal yang sama setiap hari tidaklah mudah, selain mudah memicu kelelahan fisik, yang juga tidak boleh diabaikan adalah kelelahan mental. Apalagi semua usaha dan pengulangan tersebut dilakukan terus menerus sedangkan hasil yang diharpkan belum memberikan isyarat kemunculannya. Tentu saja kondisi tersebut akan mudah menggoyahkan pendirian yang mungkin dari awal tidak kuat. Untuk itu beberapa ahli mengatakan agar orang-orang dapat menyadari dan mengikuti passion/bidang yang disenanginya. Hal itu karena memang tidak mudah melakukan hal yang serupa setiap hari yang mungkin tidak hanya sekali sehari tapi lebih banyak dari itu. Yang memang menyukai bidang itu saja pasti muncul kelelahan apalagi yang tidak ada ketertarikan sama sekali. Wah, bisa mual muntah nanti.

Meski begitu, jika ada orang yang memang tidak ditakdirkan menjalani hal-hal yang disukai atau menajdi passionnya, maka jangan berkecil hati. Pernah dengar sebuah pepatah “Kerjakanlah apa yang kamu cintai, atau cintai apa yang kamu kerjakan?’’ Nah, nasihat tersebut cukup menjadi penopang saat jiwa dan raga sedang sangat Lelah dan ingin menyerah. Menurut saya sebagian dari ujian kehidupan adalah mengerjakan apa-apa yang tidak menjadi passion kita. Tetapi asalkan yang kita kerjakan tersebut tidak melanggar ketentuan norma masyarakat dan agama, apalagi jika hal tersebut masih merupakan bentuk kebaikan, maka belajar mencintai pekerjaan itu adalah satu-satunya jalan. Bersabarlah, bukankah semakin berat ujian seseorang maka insyaAllah semakin besar pula pahala yang dijanjikan?

Langkah selanjutnya adalah komitmen dan kontinuitas. Jangan serupa dengan hangat-hangat tai ayam, bersemangat saat awalnya saja tetapi beberapa waktu kemudian melempem lalu malah lupa dengan impiannya tersebut. Ingat, bahwa perjalanan yang akan ditempuh sangat panjang, kita ibaratkan saja dengan melakukan lari maraton, jadi hemat-hematlah energimu agar bisa mencapai garis finis dengan selamat. Jika sudah menentukan satu tujuan, maka pelan tapi pasti teruslah melangkah. Lakukan hal yang dapat membantu mewujudkan impianmu setiap hari meski itu akan terasa sangat menyiksa, insyaAllah dengan begitu kita akan jadi ahli di bidang yang kita latih tiap hari tersebut. Meski begitu, jangan lantas berhenti di situ dan tidak berusaha mencari wawasan baru. Jika ada hal-hal yang dapat meningkatkan kualitas kita dalam mencapai impian tersebut maka bergegas mengambil ilmu itu. Siapa tahu dengan begitu Langkah yang diayunkan kian cepat dan bisa bersegera sampai tujuannya dengan lebih mudah.

Seperti tulisan ini, ini adalah tulisan pendek saya yang ke-20. Dan tahukah kawan, tulisan saya sejauh ini tidak ada perubahan yang berarti. Tulisan yang hanya berkisar 300 sampai 400 kata ini pun kadang terasa begitu sulit menyelesaikannya. Mungkinkah artikel yang saya tulis bisa mencapai 1000 kata? Entahlah, dan memang belum sampai di situ. Secara kualitas dan isi tulisan juga menurut saya tidak berkembang. Tulisan saya masih seputar pandangan hidup dan hal-hal yang beririsan dengan itu. Jadi dari sekian tulisan yang saya buat, temanya masih seragam dan itu pun masih dibantu oleh kalimat-kalimat motivasi yang saya kutip dari aplikasi. Entahlah itu hal yang baik atau buruk. Tapi tidak apalah, mending bergerak dan melakukan sesuatu dari pada hanya berdiam diri saja. Meskipun saya juga belum yakin tujuan saya menulis ini sebagai bentuk karya ataukah hanya wujud keisengan belaka. Saya menikmati apapun yang telah saya capai beberapa hari ini, termasuk di dalamnya adalah saya sangat mensyukuri 20 menit yang saya gunakan untuk menulis ini. Besar harapan saya agar tulisan ini semakin meningkat baik kuantitas maupun kualitasnya.

Selasa, 17 Oktober 2023

Bergeraklah dan Berlimpahlah Berkah

 “Bekerja bukan hanya tentang menghasilkan uang, tetapi juga tentang menciptakan nilai dan meninggalkan jejak.”—Tony Hsieh

 

Sebagai seorang ibu rumah tangga yang tidak bekerja sebagai wania karier tentu sudah biasa dengan anggapan orang lain yang seolah mengkerdilkan peran kita. Sudah banyak sekali perang di sosial media mengenai peran ibu rumah tangga dan Wanita karier ini. Meski kadang hal tersebut tidak kami pedulikan, tetapi kami tidak bisa berbohong bahwa jika hal tersebut berlaku berulang-ulang tentu cukup membuat sakit kepala hingga hati hehehe. Sudah capek-capek mengerjakan pekerjaan rumah yang tidak ada matinya, ini malahan orang dengan seenaknya menghakimi kami sebagai orang yang kurang berguna. Anggapan itu sering muncul karena posisi ibu rumah tangga yang tidak bisa menghasilkan uang. Yah, meski harus disadari sekarang ini sudah banyak sekali ibu rumah tangga yang jago mencari cuan. Saya saja kagum melihat mereka.

Kita bayangkan saja, bangun pagi mereka sudah disuguhi rentetan pekerjaan rumah yang musti segera dikerjakan. Mulai dari menyiapkan sarapan dan bekal untuk anak-anak dan suami, lalu mempersiapkan keperluan seluruh anggota keluarga yang akan pergi keluar untuk bekerja dan belajar. Setelah anak dan suami pergi sekolah dan bekerja tidak lantas membuat ibu rumah tangga bisa berleha-leha. Mereka harus sigap membersihkan rumah yang sedari pagi belum sempat bebenah. Mencuci pakaian, membersihkan kompor dan alat masak bekas tadi pagi, mencuci piring dan gelas yang telah digunakan oleh anak dan suami serta tentu saja harus membuat seluruh rumah sedemikian rupa sehingga bisa rapi kembali. Dan ini bisa memakan waktu cukup lama lo. Sedikit gambaran dari saya saja, saya biasanya mulai melakukan pekerjaan rumah tangga di jam 5.30. mengapa tidak lebih pagi? Ya, karena pagi hari sampai jam 5.30 bagi saya adalah waktu untuk beribadah. Dan saya termasuk yang gampang keringetan saat mengerjakan pekerjaan rumah, jadi sebisa mungkin beribadah tidak terganggu dengan keringat yang menempel di badan. Kalaupun pagi harus mencicil pekerjaan rumah maka yang saya kerjakan adalah mencuci pakaian, karena ini satu-satunya pekerjaan yang dibantu mesin. Berbagai macam ragam pekerjaan rumah tangga itu baru akan selesai jika kita yang menghentikannya, sebab kalau tidak tentu 24 jam itu akan dihabiskan untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga itu. Jadi wajar saja kalau ada ibu rumah tangga yang memang mendedikasikan seluruh waktunya hanya untuk mengurus keluarga. Dan semua ini apakah masih dianggap tidak bekerja? Belum lagi Sebagian ibu rumah tangga di jaman ini sudah merangkap menjadi pekerja entah itu bekerja dengan orang lain sebagai karyawan atau ada juga yang memilih berwirausaha, dan ini sangat luar biasa. Meskipun begitu sepertinya bukan lantas bahwa yang profesinya sebagai ibu rumah tangga saja itu dianggap sedang tidak bekerja. Setelah membaca kalimat bijak di atas saya termasuk yang lega karena ada yang mengapresiasi tugas dan peran seorang ibu rumah tangga.

Kalimat dari Tony Hsieh tadi sebenarnya tidak hanya berlaku untuk peran ibu rumah tangga saja. Tetapi jika kita mau melihat dengan lebih luas lagi hal itu bisa dijadikan penyemangat bagi siapa saja yang belum bisa menghasilkan uang. Sebut saja seorang anak, tentu dengan umurnya kita tidak bisa mengharapkan anak tersebut menghasilkan uang dengan bekerja bukan? Meski mungkin pada kasus tertentu ada anak yang sudah bisa menghasilkan uang, tetapi itu tidak bisa dijadikan standar umum. Lalu apakah anak-anak yang belum bisa mencari uang ini menjadi orang yang tidak bermanfaat? Tidak demikian konsepnya Ferguso!

Seorang anak yang mungkin juga seorang pelajar bisa memberikan nilai pada hidupnya dengan melakukan hal-hal yang sesuai dengan usianya. Misalnya dengan semangat belajar dan berlatih diri untuk mempersiapakan dirinya kelak. Lalu mengisi hari-hari dengan hal-hal yang berguna untuk perkembangan jiwa dan raganya. Ini adalah kegiatan yang sangat bernilai untuk dikerjakan anak-anak. Sudah paham kan anak-anak? Lanjut ke halaman berikutnya ya…hehehe.

Lalu ada lagi usia yang sudah dianggap tidak produktif lainnya, misalnya pada orang yang sudah lanjut usia. Bagi kebanyakan orang lanjut usia sering merasa sebagai makhluk yang sudah tidak berguna. Sehingga sering kali kita mendengar ucapan dari mereka yang merasa merepotkan anak dan cucunya. Mereka akan sering merasa sedih dan berucap “Maafkan karena bapak/ibu, nenek/kakek bisanya hanya merepotkan kalian saja.” Padahal kalau kita mau sadari dari sisi anak/cucu, mereka tetap mempunyai nilai dengan segala keterbatasan yang sekarang mereka miliki. Dengan ketidakmampuan mereka, mereka telah membukakan jalan untuk anak-anaknya bisa meraih surga. Dengan segala kelemahan mereka, juga pada saat yang sama menjadi ladang pahala bagi anak-anak dan cucu-cucunya. Mungkin kalau dirasa kurang karena mereka seolah tidak melakukan apa-apa, maka doa-doa mereka adalah nilai tak terhingga yang mereka punya. Dengan segala rasa yang telah ditanggung kedua orang tua kita, sepertinya sangat mudah bagi Allah SWT mengabulkan pinta mereka. Sampai sini kita jadi sadar kan bahwa tidak ada orang yang tidak mempunyai nilai, kecuali memang orang tersebut yang merendahkan nilai mereka sendiri. Maksudnya gimana? Sabar, pelan-pelan Pak Sopir.

Lalu bagaimana dengan orang-orang di usia produktif tetapi belum bisa bekerja dan tidak menghasilkan uang? Rasanya ada banyak orang di luar sana dengan kondisi ini, dan bagaimanapun beratnya jalan yang sedang mereka tempuh saya harap mereka atau kita yang sedang di posisi itu bisa terus semangat. Mensyukuri setiap episode diri adalah satu-satunya cara agar semua beban itu terasa ringan, memang tidak akan hilang sepenuhnya tetapi minimal membuat kita mampu melangkah dan terus berusaha. Kuncinya adalah tetap bergerak dan mencoba menjadi bermanfaat untuk sekitar. Sekecil apa pun peran kita di dunia tetapi keberadaan kita tetaplah mempunyai arti. Ada sangat banyak pekerjaan yang bisa dijadikan tempat kita mengabdi. Dan tidak semua pekerjaan itu berhubungan langsung dengan uang. Jika terus bergerak dan memantaskan diri rasanya tidak mungkin tidak ada jalan. Allah SWT menjanjikan kebaikan di setiap perjuangan. Jika terasa berat ya karena kita dianggap mampu melewati itu. Seperti yang sudah dinasihatkan di awal, terus saja bergerak, terus saja berkarya dan menciptakan nilai serta meninggalkan jejak-jejak yang baik. Kalau kalian melakukannya, itu sama seperti sedang menanam pohon kebaikan kawan. Semakin banyak pohon kebaikan itu kita tanam, insyaAllah kelak akan banyak kebaikan yang bisa kita panen. Satu lagi yang penting, yaitu tidak pilih-pilih pekerjaan. Karena kadang kebuntuan jalan kita itu kita sendiri yang buat, kita terlalu memilih mana yang pantas dan tidak pantas untuk kita kerjakan. Padahal kalau Kembali lagi ke semangat awal bahwa sekecil apa pun peran kita, tetap jauh lebih baik dari pada tidak melakukan apa-apa.

Saya pernah mendengar nasihat dari seorang influencer, penulis dan komika tanah air (Dzawin Nur) yang isinya adalah larangan menjadi seorang pengangguran. Pengangguran di sini dia maksudkan pada orang yang tidak melakukan apa-apa. Inilah yang saya maksud dengan merendahkan nilai sendiri. Karena menurut Dzawin, kalau kita tidak melakukan apa-apa itu seperti air yang menggenang. Dan air yang menggenang biasanya merusak sekitarnya. Maka bergeraklah supaya tidak merusak sekitarnya. Lalu Sujiwo Tedjo pernah juga menasihatkan untuk terus melakukan apa-apa yang ktia suka meski itu belum bernilai uang. Karena kalau kita melakukannya terus menerus lama-lama kita akan menjadi ahli di bidang itu. Dan kalau sudah menjadi ahli maka uanglah yang akan mencari kita, bukan lagi kita yang harus mengejar-ngejar uang. Saya sangat sepakat dengan pendapat kedua orang hebat tadi, tetapi di sini saya akan mencoba melihat dari sudut pandang saya pribadi. Sedikit menambahkan kalau dari saya kuncinya ya lakukan saja semua kebaikan yang bisa kita lakukan meski sekecil apa pun itu. Karena kebaikan seberat biji sawi pun tetap bisa menjadi bekal yang sangat bermanfaat bagi kita kelak. Sedaaap…!

Senin, 16 Oktober 2023

A Great Marriage

 “A Great marriage is not when the ‘perfect couple’ comes together. It is when an imperfect couple learns to enjoy their differences.”—Dave Meurer

 

Kalimat di atas sedikit saya coba artikan, yaitu pernikahan yang hebat bukanlah pernikahan yang dilakukan oleh orang-orang yang sempurna, tetapi pernikahan hebat adalah pernikahan di mana isinya orang-orang yang tidak sempurna yang belajar menikmati perbedaan.

Pernah mendengar sebuah nasihat bahwa pernikahan adalah ibadah seumur hidup? Ya, bagi yang telah menjalani kehidupan berumah tangga tentu paham dengan kalimat bijak tersebut. Menjalani sebuah pernikahan tentu tidaklah semudah dan seindah bayangan. Ada banyak sekali rintangan, ujian dan bahkan mungkin kekacauan yang terjadi di dalamnya. Ada masa di dalam pernikahan itu terasa sangat berat dan hampir menyerah. Tak jarang malah merutuki diri, betapa bodohnya memilih dia sebagai pasangan hidup. Heheheh…tetapi itulah ujian pernikahan. Berbagai rasa tidak enak itu mau tidak mau yang harus dialami oleh setiap orang yang menjalani hidup berdua selamanya dengan orang yang berasal dari latar belakang dan karakter yang biasanya berbeda dengan diri sendiri.

Meskipun begitu, tidak selamanya pernikahan berisi hal-hal yang menakutkan. Berbagai kebahagiaan dan canda tawa juga sangat mudah ditemui dalam pernikahan. Jika beruntung maka kita bisa menjadi diri sendiri saat Bersama pasangan kita, dan bukankah memang seharusnya begitu? Jika dalam pernikahan masih ada jaga image alias jaim, maka apa bedanya hubungan pernikahan dengan hubungan-hubungan pertemanan dan persaudaraan lain di luar sana. Ini pendapat saya pribadi.

Mencocokkan dua pribadi dengan latar belakang yang berbeda tentu tidak mudah. Perlu penyesuaian berkepanjangan, harus mau belajar terus menerus dan masing-masing harus mau menekan egonya. Jika tidak demikian maka alih-alih mendapatkan surga malah pernikahan akan jadi seperti neraka. Jika ada kesalahpahaman atau terkadang emosi berujung kejengkelan sepertinya wajar, namanya juga hubungan antar dua individu yang mana masing-masing individu tersebut juga terkadang menghadapi masalahnya masing-masing. Tidak selamanya orang yang sudah menikah itu masalahnya hanya seputaran mereka berdua. Ada banyak masalah lain yang harus diselesaikan oleh masing-masing orang termasuk yang sudah menikah sekalipun.

Lalu tidak ada alasan untuk takut menikah. Jika semua yakin bahwa dalam hidup selalu ada masalah, maka menikah atau tidak menikah tentu saja akan tetap ada masalah yang datang dan harus diatasi. Bedanya mungkin jika sudah menikah akan terasa lebih ringan karena ada tempat cerita dan bertukar saran. Meski kalau menurut saya, tetap jangan menggantungkan harapan terlalu tinggi pada pasangan kita. Karena itulah sumber permasalahan yang ada. Jika tidak terpenuhi maka akan muncul kekecewaan yang berujung jengkel lalu marah. Jadi niatkan saja memang ini bagian dari perjalanan hidup, jika katanya menikah itu beribadah maka niatkan itu salah satunya untuk beribadah. Jadi apapun permasalahan dan kebahagiaan di dalamnya akan menikmatinya sebagai ibadah, sehingga semoga terasa lebih ringan.

Kaya karena Membaca

 

“Rich people have small TVs and big libraries, and poor people have small libraries and big TVs.”—Zig Ziglar

 

Hmmm, menarik kan kalimat di atas ? Dari kalimat di atas kita jadi berpikir memang sudah jadi hal yang lumrah jika sesorang banyak membaca itu akan mudah menjadi kaya. Ataukah memang itu yang terjadi dan sudah diteliti ? Jika memang benar, maka sudah pasti bahwa kebiasaan membaca ini tidak boleh hilang. Jika tingkat literasi bangsa kita masih rendah maka bisa ditebak seberapa kaya bangsa kita ini.

Dan saya semakin yakin untuk selalu menularkan kesenangan membaca kepada anak-anak saya. Awalnya yang saya inginkan adalah mereka tumbuh menjadi anak yang tidak pernah kesepian. Karena menurut pengalaman saya, saya termasuk orang yang jarang atau malah mungkin tidak pernah kesepian di sepanjang hidup saya. Banyak hal yang membantu saya menikmati sepi, disamping memang saya adalah orang yang tidak terlalu suka dengan keramaian dan kehebohan. Saya termasuk yang mengkategorikan diri sebagai orang introvert. Dan saya merasa sepertinya anak-anak saya juga demikian, meski ini masih perlu dibuktikan.

Nah, karena kenyamanan bisa saya peroleh dari sebuah buku, maka saya berharap anak-anak saya juga nyaman dengan buku. Ditambah lagi sekarang jamannya gadget yang di dalamnya termuat banyak sekali informasi baik yang positif maupun negative. Saya kurang suka jika anak-anak terlalu banyak dimanfaatkan gadget. Ya, saya menamakannya dimanfaatkan, karena di usia mereka sepertinya mereka masih sangat mudah dimanfaatkan oleh gawai tersebut. Salah-salah malah mereka yang akan kerepotan nantinya. Jadilah saya sangat gemar mencekoki mereka agar suka buku. Bahkan mungkin, kebiasaan membaca saya yang meningkat pesat akhir-akhir ini adalah karena saya benar-benar ingin mewariskan kebiasaan membaca dan mungkin juga kebiasaan menulis ini untuk mereka.

Harapan orang tua jelas untuk kebaikan anak-anak mereka, begitu juga saya. Buku bisa memberi begitu banyak manfaat, salah satunya ya mengusir sepi tadi. Sebagian manfaat lainnya yaitu tentu saja kita menjadi jauh lebih pintar dengan banyak membaca dan saya lebih memilih membaca buku karena dengan membaca buku pengetahuan kita berkembang dan meluas. Jika membaca lewat gawai, sepanjang pengetahuan saya, maka informasi yang disajikan biasanya seputar kebiasaan membaca kita. Apa yang biasa kita baca akan dinilai oleh algoritma di system gawai tersebut sebagai kesenangan sehingga kemungkinan besar informasi seputar itulah yang akan muncul di beranda gawai kita. Iya kalau yang dikonsumsi adalah informasi yang mendidik. Tapi kalau yang biasa dikonsumsi adalah hal-hal yang merusak tentunya itu akan membuat semakin dalam kerusakan terjadi pada orang tersebut. Karena memang akan selalu informasi itu saja yang muncul. Akhir kata, besar harapan seorang ibu ini agar anaknya bisa tumbuh dalam naungan Cahaya penerangan dari Sang Maha Cahaya. Sungguh kegelapan itu menyiksa bagi orang-orang yang sedang meniti sebuah perjalanan.

Jumat, 13 Oktober 2023

Hari ini ngapain aja?

Hari ini ditelpon anak kedua. Percakapan mengalir seperti biasa. Kami adalah ibu dan anak yang berusaha untuk berbagi cerita, terutama saya. Karena saya ingin agar anak-anak juga begitu terus nantinya. Diantara isi percakapan itu adalah pertanyaan "Umi sedang apa? Umi habis melakukan apa? "Umi akan melakukan apa?" Atau gantian saya juga akan bertanya hal yang sama "Hari ini kamu ngapain aja?, Kegiatan hari ini atau nanti apa?" Lalu ada jawaban yang tidak memuaskan saya. Jawaban itu adalah "Gak ngapa-ngapain." Jawaban yang sederhana tapi tidak akan menjadi sederhana jika diteruskan begitu saja.  "Gak ngapa-ngapain itu maksudnya apa? Definisi dari gak ngapa-ngapain itu apa? Umi kok gak ngerti ya kenapa ada orang yang gak ngapa-ngapain?" Rentetan pertanyaan itu lebih berkesan protes dan tidak suka dengan jawabannya. Ya, memang benar saya tidak menyukai jawaban itu. Bukan karena semata-mata dijawab demikian tetapi lebih karena jika dibiarkan itu akan menjadi kebiasaan yang kurang menyenangkan. Jawaban "Gak ngapa-ngapain" itu berarti dari tadi tidak melakukan aktivitas atau melakukan aktivitas tapi jiwa raga tidak menyadari bahwa sekecil apa pun aktivitas itu tetap mempunyai makna. Padahal kesadaran itu akan membuat orang bisa mengontrol aktivitas apa saja yang boleh dilakukan dan apa saja yang tidak. Semakin orang itu sadar bahwa setiap yang dilakukan adalah aktivitas dan ada artinya maka berarti dia tahu sejauh mana dirinya telah melakukan sesuatu dan apakah ada manfaat dari lakunya hari itu. Dan juga kesadaran itu akan memberikan rasa syukur dan semangat karena hari itu kita telah melakukan sesuatu. Hal itu juga bisa menekan perasaan gabut yang sekarang sering kali dilontarkan anak muda. Rasa gabut menurut definisi yang saya peroleh di Google adalah perasaan ingin melakukan sesuatu tapi tidak tahu apa yang harus dilakukannya. 

Rasa gabut itu mungkin disebabkan tidak sadarnya kita akan hal-hal apa saja yang telah kita lakukan hari itu atau hari-hari kemarin. Perasaan yang menunjukkan seolah-olah terbiasa tidak melakukan sesuatu sehingga saat otak sedang tidak bisa bekerja dengan baik maka yang muncul adalah perasaan gabut itu. Padahal kalau kita menyadari bahwa kita melakukan sesuatu maka kita akan lebih bersemangat dalam melakukan hal lainnya, menyelesaikan aktivitas satu lalu beralih ke aktivitas lainnya. Dan sehari itu akan berjalan dengan sangat cepat dan lebih bermanfaat.

Kembali ke obrolan saya dan anak saya tadi, ketika saya menyanggah jawabannya bukan hanya bermaksud menyadarkan dia akan aktivitasnya, tetapi juga memberitahunya bahwa kita tidak boleh tidak ngapa-ngapain. Kita harus melakukan sesuatu, karena kalau kita diam saja itu berarti kita menjadi pengangguran yang sebenarnya. Dan keberadaan kita menjadi tidak ada artinya, ada atau ketiadaan kita tidak ada bedanya. Ada orang yang menyebut dirinya pengangguran karena tidak bekerja yang menghasilkan uang, dan itu ada benarnya. Tetapi pengangguran yang sesungguhnya adalah orang yang berdiam diri saja tanpa melakukan apa-apa. Setidaknya kalau belum bisa menghasilkan uang atau pendapatan dari kerjanya, ya minimal dia tetap bisa berkarya meski itu sederhana. Pekerjaan itu ada banyak macamnya dan semua bisa dikerjakan kalau kita tidak terlalu pemilih. Sekedar menyapu halaman, membersihkan debu di meja atau mengelap kaca itu sudah jauh lebih baik dari pada hanya berdiam diri dan menyalahkan nasib. Dan tentu saja masih banyak lagi bentuk kerja yang lainnya. Jika semua orang berpikir bekerja bisa berwujud apa saja asalkan itu menghasilkan sesuatu atau menghasilkan karya sekecil apapun itu, maka tidak akan ada lagi orang gabut yang seringnya berujung ngajak ribut

Lalu berlanjut ke pertanyaan yang diajukan ke saya: "Umi sedang apa?" Saya jawab dengan mantap, "Umi sedang mengerjakan PR." Anak saya tahu betul kalau saya sedang mengerjakan PR itu artinya saya sedang menulis. Ibunya tahu usianya sudah tidak muda lagi dan mungkin bukan masanya dia memiliki cita-cita seperti anak muda. Tapi ibunya bukan ibu yang hanya ingin meninggalkan generasi pada umumnya. Dia ingin mengabarkan pada anaknya bahwa cita-citanya mungkin terlambat disadarinya, tetapi itu bukan alasan untuk tidak dilanjutkan. Dia bercerita bahwa dulu sempat merasa tugasnya di dunia telah selesai karena telah memiliki keluarga dan menjalankan perannya sebagai istri dan ibu. Lalu pemikiran itu disadarkan entah oleh apa, hingga sekarang muncul kesadaran dia harus tetap berkarya. Dia berniat meninggalkan warisan semangat kepada anak keturunannya. Dia ingin memberitahu mereka agar berapapun usia mereka tidak boleh menghentikan peran menjadi manusia yang sesungguhnya. Dan menurutnya, manusia yang sesungguhnya menjadi manusia itu adalah dengan menjadi berguna untuk sesama. 

Sebuah Proses Tanpa Protes

“The secret of your future is hidden in your daily routine.”-Mike Murdock

Pernah dengar juga bahwa kebiasaan atau habit akan membentuk karakter seseorang. Dan karakter seseorang itu juga otomatis akan berpengaruh besar pada masa depan orang tersebut. Sama seperti kalimat bijak di atas, dan banyak nasihat betapa pentingnya kebiasaan mempengaruhi masa depan seseorang. Kebiasaan kecil asalkan itu baik tentu secara sunatullah akan berakhir menjadi tumpukan kebaikan juga. Sebaliknya, kebiasaan buruk pun akan berakhir menjadi Kumpulan keburukan.

Misal kebiasaan berolahraga setiap hari atau minimal 5 kali seminggu, kebiasaan makan makanan yang sehat, minum minuman yang bermanfaat untuk tubuh. Maka tumpukan kebaikan itu akan menghasilkan manfaat untuk tubuh. Sebaliknya, kebiasaan makan tinggi kalori, tinggi lemak jahat, kebiasaan mager (malas gerak), malas berolah raga maka hasil akhirnya bisa ditebak, cepat atau lambat kondisi tubuhnya akan memberikan sinyal yang buruk, pertanda bahwa kebiasaan hidup yang selama ini dijalani memang tidak sehat.

Tidak ada yang instan, kesehatan diperoleh dalam rentetan panjang pola hidup sehat. Kondisi badan yang lebih rentan penyakit juga dihasilkan dari kebiasaan yang tidak sebentar. Tahunan bahkan mungkin puluhan tahun baru terasa dampaknya. Kebiasaan bangun pagi, kebiasaan baca, kebiasaan melakukan hal-hal yang bermanfaat meski tidak langsung dirasakan manfaatnya sekarang. Tetapi akan tiba saatnya dampak positif itu hadir. Di situlah kesabaran dan ketekunan dibutuhkan. Tidak mudah, tidak sebentar, butuh waktu yang sangat Panjang. Dan jika kita malah sibuk memperhatikan dan menunggu kapan hasil baik dari kebiasaan baik itu datang, maka bisa dipastikan kita akan segera menyerah. Jadi Langkah terbaik adalah tetapkan tujuan atau cita-cita, lakukan hal-hal (meskipun itu kecil) yang berkaitan dengan pencapaian tujuan atau cita-cita secara terus-menerus, konsisten. Lalu tidak sadar kita telah mendekati gerbang sukses pencapaian tujuan kita tersebut. Secara sunatullah kebiasaan baik akan mengarah ke kebaikan dan kebiasaan buruk akan mengarah ke keburukan pula. Terus bagaimana jika ketentuan itu tidak berlaku nantinya? Tentu saja yang perlu selalu diingat adalah kita di dunia ini adalah makhluk yang mutlak dalam kendali Sang Pencipta, maka alangkah baiknya di setiap akhir Upaya selalu ada kesadaran bahwa semua yang akan terjadi tetaplah dalam kuasaNya.

Lalu bagimana Langkah praktis yang bisa dilakukan? Salah satu caranya adalah dengan menyiapkan jadwal harian yang merupakan penjabaran dari cita-cita. Jadwal harian ini sangat membantu mengurangi beban pikiran terhadap pekerjaan dan dengan melakukan penjadwalan dan menuliskannya kita bisa tahu sejauh mana arah yang kita tempuh dalam menuju cita-cita. Langkah selanjutnya adalah lakukan yang sudah dijadwalkan, lalu berusaha melupakan apakah hasilnya sudah tampak atau belum. Besok lakukan lagi sesuai jadwal, lalu lupakan. Begitu seterusnya. Dengan begitu perjalanan yang ditempuh itu lebih ringan karena tidak ada beban lantaran sibuk memikirkan sejauh mana progress pencapaian cita-cita itu akan terwujud.

Dalam hal ini tidak sadar kita sedang belajar berproses dan melengkapinya dengan keikhlasan. Dan kedua hal tersebut jika dilakukan terus menerus akan menghasilkan dampak yang luar biasa bagi diri bahkan mungkin bisa bermanfaat lebih banyak lagi. Lalu kebiasan apa yang telah kamu lakukan akhir-akhir ini? Jika sudah terbiasa dan membiasakan diri dalam sesuatu maka bersiaplah untuk memanen hasilnya. Semoga hasil panennya adalah hal-hal yang baik dan membaikkan untuk dirimu dan alam sekitar. 

Kamis, 12 Oktober 2023

Gerak Aja Terus

 “Lebih baik bertempur dan kalah daripada tidak pernah bertempur sama sekali. ” -Arthur Hugh Clough

Kalimat bijak di atas mengingatkan kita untuk tidak takut mencoba. Jika nantinya gagal maka bukan masalah yang harus disesali. Gagal karena pernah mencoba tentu lebih baik, daripada tidak pernah tau rasanya gagal karena tidak pernah mencoba. Jadi mungkin maksudnya jika kita punya mimpi atau cita-cita segera lakukan aksi untuk mewujudkannya. Lakukan apa saja yang bisa mendekatkan kita dalam mewujudkan mimpi itu. Mimpi atau cita-cita jika masih dalam angan-angan dan rencana menjadi tidak ada gunanya.

“Write it. Shoot it. Publish it. Saute it. Whatever. MAKE.” -Joss Whedon

“Gak usah banyak mimpi, gerak aja terus.”-Mal Jupri

Dari dua kalimat bijak tadi semakin menekankan bahwa sudah cukup kamu berminpi, sekarang saat untuk menggapainya. Jika kamu bercita-cita menjadi penulis, maka langkah yang harus ditempuh adalah lebih banyak membaca dan menjadikan menulis menjadi kebiasaan dan latihan setiap hari. Tidak boleh ada kata malas, banyak pekerjaan lain dan berbagai alasan lainnya. Tidak ada pilihan lain Baca dan Tulis. Sembarang apapun boleh kamu tulis. Dari tulisan yang tidak penting dan mungkin hanya keluhan itu, jika setiap hari kamu membiasakan otak dan jarimu bekerja untuk menulis. Maka entah nanti tulisan yang keberapa yang akan bermakna. Tapi jika tidak pernah ada tulisan yang kamu buat, maka selamanya tidak akan ada dari tulisanmu yang memberi makna baik untuk dirimu apalagi untuk dunia.

Jika kamu bercita-cita menjadi pengusaha maka, berlatih membuat usaha kecil-kecilan juga bisa dicoba. Dengan modal seadanya yang dimiliki, lalu mulai berjualan. Pasti akan ada kesalahan, tetapi dari kesalahan-kesalahan itu kita akan belajar untuk kemudian meningkatkan kemampuan dalam berjualan sehingga usaha menjadi semakin berkembang dan besar.

Apapun cita-cita dan mimpimu, tidak pernah berhenti belajar adalah salah satu kunci. Membuka cakrawala seluas-luasnya. Mencari ilmu sebanyak-banyaknya. Sekarang banyak cara untuk bisa mendapatkan ilmu. Berbagai sarana tersedia kita tinggal mau mengambilnya atau tidak. Lalu disiplinlah, komitmen dalam setiap pekerjaan yang sudah dimulai. Evaluasi lalu tingkatkan lagi. Dengan begitu semoga cita-cita dan mimpi itu lebih mudah dicapai.

 

Terimakasih untuk berkata Tidak

 

“I am thankful for all of those who said NO to me. It’s because of them I’m doing it myself.” -Wayne W. Dyer

Sebuah kalimat bijak di atas mengutarakan rasa terima kasih kepada siapa saja yang menolak membantunya atau memberikan penolakan terhadapnya. Tanpa disadari sering juga kita mengalami hal serupa. Saat kita membutuhkan bantuan oang lain, ee..dengan entengnya orang tersebut mengatakan tidak mau membantu dengan bermacam alasan. Kecewa, marah dan sedih karena merasa disaat kita membutuhkan bantuan ternyata tidak ada yang mau menolong kita. Bahkan orang terdekat juga mungkin enggan mengulurkan tangannya untuk kita.

Ternyata meski hal tersebut pahit dan mengecewakan tetapi jika kita bisa menyikapi dari sisi yang berbeda akan terasa nikmatnya. Seperti yang tertulis di awal tadi, bahwa penolakan pemberian bantuan memaksa kita mengerjakan segala sesuatu sendiri. Jika awalnya dirasa sulit atau bahkan tidak mungkin, maka setelah memaksakan diri akhirnya bisa selesai juga. Sehingga tanpa sadar kita telah melampaui batas kemampuan kita. Yang itu artinya kita telah berhasil keluar dari zona nyaman. Ternyata bisa, dan harusnya berbagai pengalaman mengerjakan segala sesuatu sendiri, lalu memaksa diri melakukan sesuatu di luar kebiasaan dan kebisaan kita maka akan dapat meningkatkan rasa percaya diri kita juga. Ternyata kita bisa ya. Lalu sedikit demi sedikit mengurangi rasa pesimis saat akan mencoba melakukan sesuatu yang baru lagi.

Lalu sekali lagi kita disadarkan, bahwa ketidaksediaan orang lain dalam memberikan pertolongan atau bantuan kepada kita tetaplah atas ijin dan takdir Allah SWT. Lalu kita ingat lagi, tidak ada yang sia-sia dari setiap skenario yang Allah buat untuk kita. Banyak hikmah dan kebaikan jika kita bisa dan mau menyadarinya.

Berbiasalah

 Pernahkah merasa diri seakan mau tumbang?

Digempur dari berbagai arah…

Sedang berusaha menangkis satu lawan

Tiba-tiba dari arah lain lawan datang menyerang

Lalu tak perlu menunggu lama lawan yang entah datang dari mana tiba-tiba menancapkan bilahnya

Lalu oleng

Sedikit robek di lengan

Lalu pukulan menusuk ke perut

Kepala digempur

Bahkan ulu hati terasa ngilu

Tapi bukankah yang lain juga sama?

Mereka juga sedang sibuk menangkis gempuran yang hampir serupa

Merasa terlalu lelah dan hampir menyerah

Berusaha bangkit menyerang tak mau kalah

Jadi jangan merasa terlalu terluka

Nikmati saja nyeri di setiap luka itu

Berlalunya waktu akan meninggalkan bekas atau mungkin masih tersisa linu

Tapi biarlah

Begitulah usiamu akan terlewati

Sebenarnya dari dulu segala gempuran itu hadir

Mungkin kau hanya lupa

Sejak kecil juga pasti kau sudah sering merasakan jatuh dan terluka

Jadi biasa saja

Tak ada yang istimewa dari lukamu yang sekarang

Sekali Lagi

 

Tuhan…

Aku ingin menangis

Dadaku sakit, kepalaku berisik

Ragaku sedang tak mau diusik

Tuhan…

Sekarang aku sudah menangis

Dadaku semakin sakit

Air mataku seperti menekan

Tak mau berhenti

Tuhan…

Jangan marahi aku karena tangisku

Rengekku dan rajukku

Karena dunia tak menerima tangisanku

Mereka meledek ratapanku

Tuhan…

Aku hanya mencari kekuatan

Meluapkan semua kekecewaan

Berusaha membuang kekacauan

Tuhan…

Ijinkan ku menangis,

Sekali lagi..