Jumat, 14 November 2014

Asyiknya Jadi Pengusaha Cilik

Sumber Gambar disini
 
 
 
Anak-anak saya sangat senang jika tiba hari Sabtu. Yaitu hari di mana mereka bisa membawa uang saku ke sekolah, karena selain hari Sabtu anak-anak dilarang membawa uang untuk jajan. Dan uang saku yang boleh dibawa itu tetap tidak boleh lebih besar dari Rp 2.000,- hehehe. Meski begitu mereka girang bukan kepalang J. Ya, karena Saturday is Market Day! Yeaayy!
Hari Sabtu memang hari yang seru, karena anak-anak boleh berjualan! Ya, mereka boleh berjualan apa saja asalkan tidak berjualan mainan. Dulu pernah diperbolehkan berjualan mainan tetapi karena lebih banyak masalah yang ditimbulkan daripada manfaatnya, maka jualan mainan termasuk yang dilarang sekarang.
Ketika mendengar gagasan tersebut dulu saya sempat berpikir “Ah masa anak-anak mau berjualan”. Tapi olala! Ternyata di luar dugaan saya, anak-anak banyak sekali yang berminat menjadi pengusaha cilik, termasuk anak-anak saya hehehe. Alhasil setiap hari Jumat sepulang sekolah mereka pasti heboh minta dibelikan barang dagangan. Akhirnya malam itu juga anak-anak beserta dengan saya dan sang ayah belanja makanan ringan untuk dijual di sekolah keesokan harinya.
Bersemangat sekali anak-anak dalam memilih jenis makanan yang ingin mereka jual. Meski kadang-kadang pilihan mereka hanya didasari oleh kesukaan mereka pada makanan tersebut dan tidak memperhatikan ‘selera pasar’ hehehe. Akhirnya kami para orang tualah yang harus menerangkan tentang jenis barang/makanan yang kira-kira laku di sekolah mereka J.
Selain saya, para orang tua murid yang lain juga ikut bersemangat menyambut hari Sabtu itu. Rasanya menyenangkan membayangkan anak-anak yang belum tahu nilai uang itu belajar berbisnis. Ya, karena selain seru ternyata banyak sekali manfaat yang diperoleh dari kegiatan tersebut diantaranya yaitu:
1.      Meningkatkan PD anak
Kegiatan berjualan itu dapat meningkatkan rasa percaya diri anak. Mereka yang sedang menjual dagangannya secara tidak sadar memberanikan diri untuk dapat berinteraksi dengan orang lain. Untuk anak-anak yang mempunyai sifat kurang percaya diri maka dapat dibantu dengan menggunakan alat bantu seperti papan bertuliskan barang dagangannya dan harganya masing-masing dan diletakkan di depan barang dagangannya. Dan lama-lama anak yang mempunyai sifat pemalu itu akan semakin berani menawarkan barang dagangannya meskipun tanpa alat bantu. Dan lagi rasa percaya diri anak akan semakin meningkat jika mereka berhasil menjual barang dagangannya.
2.      Memupuk kejujuran dan rasa tanggung jawab pada anak
Jika biasanya barang yang dijual anak-anak itu seolah-olah lantas secara otomatis menjadi milik anak tersebut. Maka hal itu tidak berlaku untuk anak-anak kami. Mereka harus tetap melaporkan hasil dagangannya beserta barang yang tersisa jika tidak habis terjual. Meski pada akhirnya makanan/ barang yang tidak habis dijual itu tetap boleh digunakan/dimakan oleh anak-anak (harus ijin dulu). Nilai yang ingin kami tanamkan kepada anak-anak adalah kejujuran dan tanggungjawab. Tidak masalah jika barang yang dijual atau uang yang terkumpul ternyata tidak sesuai, asalkan jujur dan bertanggung jawab. Namanya juga belajar, dan tetap secara pelan-pelan diajarkan untuk teliti dan hati-hati.
3.      Meningkatkan keakraban antara orang tua dan anak
Secara tidak sadar kegiatan ini meningkatkan intensitas hubungan orang tua dan anak. Sejak mempersiapkan barang dagangan hingga ‘laporan pertanggungjawaban’, orang tua dan anak-anak menjalin komunikasi intensif. Dan kemungkinan besar hal tersebut akan lebih menarik dibandingkan dengan mengutak-atik gadget seperti yang sudah semakin biasa terjadi dewasa ini.
4.      Melatih anak menghargai uang
Dengan belajar menjadi penjual anak-anak menjadi tahu dari mana asal uang yang selama ini hanya mereka tahu menumpuk di bank atau di dompet orang tuanya hehehe. Sekarang mereka akan lebih memahami bahwa uang yang dimiliki oleh orang tua mereka tidak datang sendiri, tetapi uang itu ada karena ada kerja keras di baliknya. Sehingga dengan adanya kegiatan positif ini anak-anak kita menjadi lebih menghargai uang dan kerja keras tentunya.
5.      Belajar berhitung
Berjualan tidak akan pernah lepas dari pelajaran berhitung, baik itu penambahan, pengurangan, perkalian maupun pembagian. Dan disinilah anak-anak itu belajar dengan asyik tentang itu semua. Tak sadar mereka telah sangat mahir mengalikan, membagikan, mengurangkan dan menambahkan. Mereka tidak hanya membayangkan sesuatu yang mereka kalikan dan tambahkan itu, tetapi mereka benar-benar melakukannya. Luar biasa!
 
 
Banyak sekali bukan manfaat melatih anak-anak menjadi pengusaha sedari kecil? Kita sebagai orang tua harus selalu mendampingi dan terus mengarahkan mereka. Dan semoga kelak anak-anak itu tumbuh menjadi pengusaha-pengusaha handal dan jujur serta baik hatinya.
 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar