Dulu ketika saya masih remaja, saya mempunyai mimpi
bahwa saat dewasa nanti saya ingin menjadi wanita karier. Pokoknya menjadi
wanita yang bekerja di kantor, yang berangkat pagi pulang petang. Pagi-pagi
sudah wangi, cantik dan keren. Memakai pakaian kerja setiap hari. Dan tentunya
mempunyai penghasilan “lumayan”. Kala itu sepertinya saya lupa, bahwa impian
terpendam saya yang lainnya adalah mempunyai keluarga sakinah mawaddah wa
rahmah. Menjadi ibu yang mendampingi dan menjadi saksi proses perjalanan hidup
anak-anak saya.
Hingga beranjak dewasa lha kok usaha yang saya lakukan
tanpa saya sengaja lebih condong mengarah mimpi saya yang kedua. Saya lebih
tertarik dengan kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan peran saya sebagai
seorang istri dan ibu, dari pada kegiatan yang menuntun saya menjadi wanita
karier. Hingga waktu mempertemukan saya dengan bapaknya anak-anak. Jadilah
impian saya yang kedua lebih cepat terwujud dari pada mimpi lainnya.
Tak berapa lama, lahirlah anak-anak melengkapi rajutan
mimpi saya. Perjalanan hidup saya menjadi lebih semarak, dan mimpi saya yang
pertama semakin tertinggal di belakang. Tertutup oleh canda, tawa, rengekan,
tangisan dan hiruk pikuk keseharian saya sebagai istri dan ibu. Tak terlalu
banyak penyesalan, selain perasaan “berhutang” pada orang tua.
Kedua orang tua saya beranggapan, anak yang mereka
sekolahkan haruslah menjadi wanita mandiri yaitu wanita karier. Berbagai upaya
saya lakukan untuk dapat memberi pengertian pada mereka. Bahwa menjadi seorang
ibu rumah tangga yang tidak bekerja, bukan berarti tidak membutuhkan kepintaran
dan kecerdasan. Saya harus sering mengulang-ulang perkataan bahwa inilah
tanggung jawab saya sekarang. Hingga lambat laun, mereka mulai bisa memahami
keinginan dan cara bersikap saya.
Terima kasih untuk pengertian kalian. Putri kecil
kalian ini telah dewasa dan tidak ingin mengecewakan kalian, dia hanya sedang
mewujudkan mimpi-mimpinya dengan caranya. Semoga kalian merestui.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar