Sumber Gambar disini |
Siapa yang tak kenal Upin Ipin? Tokoh kartun yang
setiap hari tayang di salah satu TV swasta Indonesia. Sosoknya yang lucu, polos
dan cerita yang lebih manusiawi dan masuk akal membuat film kartun yang satu
itu menjadi salah satu yang direkomendasikan oleh para ibu untuk ditonton oleh
anak-anaknya. Yah, dibanding film kartun lain seperti Sinchan, Naruto,
SpongeBob dll sepertinya Upin Ipin masih layak tonton.
Cerita yang ditampilkan memang disesuaikan dengan Negara
asalnya yaitu Malaysia. Dengan logat Melayu yang awalnya terasa asing di
telinga anak-anak, tidak membuat mereka kehilangan pecintanya di sini. Perlahan
dan sangat pasti anak-anak mulai dapat mengikuti dan memahami berbagai logat
yang ada dalam cerita Upin Ipin tersebut. Bahkan mereka mulai fasih menirukan
berbagai aksen dan logat bicara seperti yang ada dalam kartun kesayangan mereka
tersebut.
Di awal perubahan aksen dan logat bicara anak-anak
yang ke-Melayu Melayu-an itu terkesan lucu dan menghibur untuk para ibu
termasuk saya. Tetapi berjalan beberapa waktu dan hampir tiap hari mendengar
anak-anak dan teman-temannya berlogat layaknya orang Malaysia membuat saya
risih dan terganggu. Bukan karena logat yang mereka tirukan tidak baik. Tetapi ada
hal yang membuat saya tertampar.
Menggunakan bahasa ibu sendiri saja mereka kesusahan,
mengapa mudah sekali mereka mengadopsi bahasa dari negeri tetangga? Jika kita
berani jujur pasti mengakui bahwa kita saja kesulitan menggunakan bahasa
nasional dan apalagi bahasa ibu. Lantas bagaimana nasib bahasan itu di generasi
yang akan datang jika tidak selalu dipupuk dan dipertahankan keberadaannya? Pikiran
itu menggelitik dan mengusik hingga membuat saya lebih sering mengingatkan
anak-anak agar mereka lebih sering menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar dengan tetap mengajarkan juga menggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa ibu.
Tulisan ini bukan tentang
perbedaan Negara tetapi lebih pada tanggung jawab sebagai anak bangsa agar
warisan budaya bangsa tidak tergerus dan terlupakan bahkan tergantikan dengan
budaya Negara lain. Belajar budaya negara lain tetap perlu agar kita dan
anak-anak lebih kaya wawasan, tetapi tetap berusaha mengingat bahwa kita
sebagai bangsa Indonesia juga mempunya budaya dan bahasa yang tetap harus
dipertahankan dan dijunjung tinggi keberadaannya.
Tulisan ini bukan provokasi hanya sebagai pengingat diri agar tidak melupakan jati diri dalam berbangsa
BalasHapusiya mba, jadi ingat tetangga ngelarang anaknya nonton Upin ipin karena ngomongnya jadi melayu pisan...film itu bagus banget mempomosikan negara mereka yaa, produk-produknya, bahasanya, aiih ngirii..tapi sekarang udah mulai bagus2 juga sih kartun Indonesia..semangat!
BalasHapusBetul banget mba, cerita sederhana dan layak tonton buatan anak negeri sudah cukup menggembirakan secara kualitas dan kuantitas. Semangat juga mba! Terima kasih sudah berkunjung :)
BalasHapus