Senin, 09 Maret 2015

Nikah Yuk!

Ngomongin tentang nikah itu sering menimbulkan rasa sensitif dalam hati, terutama di dalam hati jomblowan dan jomblowati. Dan dulu, duluuuuu sekali ketika saya masih sebagai gadis imut yang tentu masih jomblo, saya sering merasa mupeng *agak ke iri sih sebenarnya hahaha ... *, jika ada teman seumuran yang udah nikah. Rasanya kok ajib aja gitu, masih muda tapi sudah ada yang punya, halal pula hehehe ...

Karena penasaran dengan apa dan bagaimana persiapan menuju pernikahan yang barokah, maka ketika kuliah dan ada seminar pra nikah saya pun ikut serta hehehehe... Dan hasilnya saya semakin ingin menikah muda hahaha... Nah lo, kenapa? Iya, karena di seminar yang disampaikan oleh Mohammad Fauzil Adzim itu, membagi cerita tentang berbagai pernikahan muda yang tetap penuh prestasi. Oke banget kan? Contohnya ga usah jauh-jauh, Bapak yang nulis buku best seller Kupinang Engkau dengan Hamdalah ini adalah salah satu contoh bukti bahwa pernikahan di usia muda tidak akan memberi dampak buruk bagi masa depan, justru yang terjadi malah sebaliknya, prestasinya semakin moncer.

Contoh lain yang nikah muda dan sukses? Banyaak! Ada Andi Alfian Mallarangeng yang menikah di usia 22 tahun dan berhasil menyelesaikan S-1, S-2 dan S-3 nya dengan cum laude. Lain lagi dengan dr. Nina Surtiretna yang menikah ketika masih kuliah di semester 2 di Fakultas Kedokteran UI dan tetap aja bisa lulus dengan prestasi yang menakjubkan. Wow!

Tokoh lain lagi yang juga menikah muda dan tetap sarat prestasi adalah Dr. Didin Hafidhuddin, M.Sc. yang menikah saat kuliah dengan IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) dua semester pertama saat menempuh S-2 bernilai sempurna, 4,0. Dan selebihnya diselesaikan dengan cum laude.Jadi ngiler pingin nikah kan?? Lalu mengapa harus takut menikah? Merasa terlalu muda untuk menikah? Pingin cari karir yang setinggi langit segede gunung? *eits stop! kok malah jadi menghakimi yang mau berkarir gini sih*

Teman...menikah itu bukan soal berapa umur yang siap untuk menikah, tetapi bagaimana kesiapan seseorang dalam menghadapi dan mengarungi sebuah pernikahan. Karena tua itu pasti dan dewasa itu pilihan *kayak yang di iklan-iklan itu*. Jadi mulailah berpikir secara dewasa, dan berlatih menjadi pribadi yang dewasa. Ciri pribadi yang dewasa itu gampang aja kok, yaitu pribadi yang bertanggung jawab.

Pernikahan yang ibarat pintu gerbang itu, jika kita buka sebenarnya kita akan menemui hal yang masih sama dengan kehidupan kita yang sekarang. Tetap akan kita temui masalah-masalah yang rumit bin pelik, kadang ada canda tawa bahagia, terkadang hadir pula duka nestapa dan air mata membanjiri *halah.

Tetapi bedanya ... setelah menikah berarti kita punya belahan jiwa *cieeeeee...., dan itu artinya kita punya tempat bersandar saat letih cieeee ... , ada tangan yang siap menggenggam tangan kita saat kita merasa rapuh cieee ... , dan kita jadi punya sahabat sejati untuk berbagi suka duka bersama. Merangkai mimpi yang sama dan bersama-sama mewujudkannya, saling berlomba menjadi yang terbaik di mata-Nya dalam peran sebagai suami dan istri. Dan itu semua sangat menyenangkan, mendamaikan dan tentu saja semakin mendewasakan. :)

Ah kalau itu sih gampang, cari saja sahabat yang baik. Oke! Tapi jangan salah! Memang benar banyak sahabat di sekitar kita yang siap membantu, ada saat kita susah dan senang. Tetapi benarkah itu cukup? Coba tanya ke dalam hati kecil para teman sekalian, benarkah sahabat itu telah cukup mengisi dan menutup kegelisahan, keraguan, bahkan kadang kesedihan kalian? Sepertinya masih belum cukup. Karena Hawa diciptakan untuk melengkapi Adam. Demikian juga kita memerlukan pasangan yang dapat melengkapi kepingan puzlle kehidupan kita yang belum terbentuk sempurna. Dan melalui pernikahan itulah diharapkan kita dapat melengkapinya.

Kalau kata suami saya sih, "Tidak ada bujang yang kaya, yang ada kaya itu setelah menikah." hehehe. Entahlah, tetapi satu yang pasti menikah dapat membukakan pintu rejeki. Rejeki apa saja ... baik itu rejeki secara batin maupun rejeki secara lahir. Wallahualam

"Tulisan ini diikutsertakan dalam Giveaway 3rd Anniversary The Sultonation"


13 komentar:

  1. bener loh mak menikah itu membukakakn pintu rejeki..saya juga merasakannya. dulu gaji suami berapa sekarang alhamdulillah....

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul banget mak, nikah untuk tujuan baik insyaAllah memberikan keberkahan. Makasih banyak sudah mampir mak :)

      Hapus
  2. Saya nikah usia 22, dan sedang S2, Alhamdulillah lulus juga dan cumlaude, udah ada anak lagi :)

    Beneeer... menikah membuka pintu rejeki

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah mirip dong mak, saya nikah usia 23 tahun, dan di usia 29 tahun dapat beasiswa kuliah S2, Alhamdulillah telah selesai dengan hasil sangat memuaskan :)

      Hapus
  3. saya menikah di 32, nysel banget...kenapa gak dari 25 an...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang penting bukan umurnya kok mak, masalah kapan menikah sepertinya tidak sepenuhnya hak kita deh. Ada yang lebih berkuasa menentukannya :)

      Hapus
  4. Aku sih ngga ingin menikah muda pun ketuaan Alhamdulilah aku menikah memang pas ingin menikah :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup, Alhamdulillah ya mak saat mupeng pingin nikah ada yang ngelamar hehehe

      Hapus
  5. "Tidak ada bujang yang kaya, yang ada kaya itu setelah menikah." Sungguh saia menyukai kalimat ini mbak hehe, saia percaya dan meyakini akan kebenaran kalimat itu. :)

    BalasHapus
  6. Menikah itu membawa pd petualangan yg selalu br,
    br mnikah ada suami, kmd berusaha beli rumah baru, perabot baru, anak baru lahir....dst yg baru lainnya.

    Yukkk menikah

    BalasHapus
  7. Liat bacaan kompetitor lomba ah, btw sukses ya mb hehe

    BalasHapus