Senin, 06 November 2023

Bagaimana Kabar November-mu?

Selamat datang bulan November, agak telat ya…hehehe? Tapi tak apalah dari pada tidak mengucapkan selamat datang pada bulan yang telah mengingatkan kita bahwa waktu ternyata sangat cepat berlalu. Tak terasa satu bulan lagi sudah berganti tahun. Lalu apa saja yang telah dicapai di tahun 2023 ini ? Semoga segala cita-cita dan resolusi teman-teman sudah tercapai, minimal ada yang sudah tercapai lah hehehe. Kalau saya malah memulai tahun 2023 tanpa resolusi yang pasti. Ada sih sebuah angan dan cita-cita tetapi itu terlalu berat hingga progress saya sangatlah lamban. Meskipun begitu saya menganggap apa-apa yang sejauh ini saya kerjakan harus saya syukuri. Minimal saya tidak kehilangan semangat dalam menjalani hari dan memupuknya dengan kegiatan yang positif dan bermanfaat. Kok malu ya nulisnya hehehe. Tapi memang saya harus bersyukur bisa melewati hari dengan banyak kegiatan, tidak terlalu banyak membuang waktu dengan scroll-scroll sosial media. Sosial media saya usahakan sebagai sarana untuk menambah kapasitas diri dan menumbuhkan berbagai motivasi. Alhamdulillah pencapaian yang mungkin tak seberapa tapi saya sangat mensyukurinya.

Saya mengalami banyak hal di tahun ini terutama di pertengahan tahun. Saya menemukan kembali semangat dan alasan saya menulis. Tidak mau menunggu lama saya langsung menjaga api semangat itu agar tetap membara. Pernah dengar sebuah pepatah, saya lupa kalimat aslinya, tapi kurang lebih bunyinya begini : ‘’ Tidak selamanya motivasi itu ada di dalam diri kita, maka disiplin menjadi jalan satu-satunya untuk tetap bisa berada di rute pencapaian cita-cita.’’ Mencoba membuat jadwal harian dan berjuang mamatuhinya. Tidak mudah dan masih sering meleset, tapi tetap lebih baik dari pada tidak ada arah sama sekali. Asal mula saya mulai ingin produktif adalah munculnya perasaan bersalah jika saya mengisi hari dengan bersantai ria. Saya selalu teringat anak-anak saya yang sedang berjuang dan belajar di pondok pesantren. Mereka selalu mengisi harinya dengan berbagai macam kegiatan, dan saya tahu hal itu tidak mudah. Mereka harus menahan berbagai rasa tidak nyaman dan di saat yang sama juga harus mendorong diri sendiri dan selalu semangat agar bisa menjalani hari dan menghasilkan yang terbaik dalam setiap prosesnya. Berkaca dari situlah saya merasa jika anak-anak sekuat tenaga berjuang maka saya yang di rumah juga harus melakukan perjuangan serupa.

Lalu saya mulai memikirkan cara agar selalu produktif. Belum sempurna sih, tetapi saya senang dan bangga bisa ke arah ini. Tidak mudah memunguti semangat yang sering tercerai berai karena merasa diri sudah tertinggal sangat jauh. Lalu saya teringat sesuatu, saya tertinggal oleh apa dan oleh siapa? Karena tak seharusnya rasa itu ada. Semua orang mengalami episode yang berbeda di kehidupannya. Dan pencapaian masing-masing orang juga tidak sama. Kesadaran ini seolah Kembali menumbuhkan semangat saya. Jika dulu saya sering membatasi diri dengan banyak kalimat :

“Ah, untuk apa Lelah dan letih itu. Toh kamu sudah tinggal berdiam diri saja juga malah enak. Apa mungkin bisa tercapai cita-cita yang baru kau sadari itu? Waktumu tidak banyak, kemungkinan besar tidak akan tercapai cita-citamu itu, jadi untuk apa kau perjuangkan lagi?”

Ya, semua pikiran bernada pesimis itu memang cukup mempengaruhi dan menghantui saya, tetapi sisi lain diri saya sering mengingatkan dan mengatakan hal yang berbeda, “Mungkin waktumu tidak banyak, juga kemungkinan besar belum sampai cita-citamu tercapai kau sudah kehabisan waktu itu. Tapi berjalan ke sana, ke arah mimpimu dan itu jauh lebih seru dari pada hanya merutuki Nasib dan berhenti melakukan sesuatu.” Lalu saya memulai perjalanan saya ini, toh jika nanti tetap akan mati setidaknya saya pernah melakukan sesuatu untuk saya wariskan pada anak-anak dan keturunan saya. Jika memang belum berupa karya nyata, semoga kobaran api semangat ini tetap menyala menghangatkan dinginnya hari dan menerangi perjalanan mereka.

Lalu saya menemukan sesuatu hal yang sangat berkaitan dengan fenomena mengapa semangat lebih mudah hilang, yaitu karena:

  • Merasa tidak berguna

Merasa tidak berguna ternyata sangat berpengaruh pada semangat mengerjakan sesuatu. Hal ini bisa jadi sudah ada yang mengerjakan tugas-tugas kita atau karena memang kita sering tidak dilibatkan dalam suatu pekerjaan karena kita tidak berusaha menunjukkan keinginan bekerja kita. Pernah gak pada suatu keadaan di mana mungkin seseorang sungkan menyuruh kita mengerjakan sesuatu. Entah itu karena belum terlalu kenal atau karena kita terlihat sebagai orang yang tidak berminat mengerjakan sesuatu itu. Di satu sisi mungkin seseorang yang kelihatan seperti orang yang ogah-ogahan bekerja itu mungkin karena merasa dirinya tidak dibutuhkan. Meski saya kurang sependapat dengan kalimat barusan hehehe. Karena menurut saya alam akan bekerja seirama dengan cara kita bekerja. Misalnya kita di suatu keadaan yang baru misal di tempat kerja atau di lingkungan baru dan belum ada yang kenal kita, maka bagaimana orang itu merespon kita akan mengikuti cara kita memberikan aksi, itu di keadaan normal ya. Kalau di kondisi tidak normal ya lain lagi ceritanya dan tidak akan saya bahas di sini. Kalau kita berperilaku sebagai orang yang memang senang bekerja (rajin) maka mereka pun akan tidak sungkan untuk menyuruh atau meminta bantuan pada kita dan begitupun sebaliknya. Jadi merasa tidak berguna atau tidak dibutuhkan memang salah satu penyebab diri tidak bersemangat melakukan sesuatu tetapi hal itu tidak lantas membenarkan sikap diam diri kita yang justru seolah merasa beruntung karena tidak perlu berbuat apa-apa. Saya rasa ini sikap yang patut dikoreksi. Jika di suatu kondisi dan peristiwa lalu kita tidak dilibatkan maka langkah yang pertama kali harus diambil yaitu instrospeksi diri karena kemungkinan besar segala respon yang diberikan pada kita adalah reaksi dari aksi yang kita buat. Lalu berbenah diri dan mulai aktif terlibat semampunya. Semakin aktif akan membuat kita semakin layak dibutuhkan. Semakin banyak dibutuhkan berarti semakin bermanfaatlah diri kita. Dan bukankah sebaik-baik orang adalah yang banyak memberikan manfaat untuk sekitarnya.

  • Tidak memiliki tujuan yang jelas

Tujuan yang jelas membuat kita tahu dan bisa memperkirakan akhir dari perjalanan yang sedang kita tempuh. Dengan kejelasan itu akan memudahkan kita membuat rencana yang konkrit lalu menjadi lebih bersemangat dalam mengejarnya. Lalu bagaimana jika kita tidak mempunyai tujuan yang jelas? Ya tentu saja hal itu akan membuat kita berada dalam situasi gamang dan ragu-ragu. Tujuan saja tidak ada lantas apa yang akan dikerjakan tentu juga semakin tidak bisa dipetakan. Hal ini sangat berpengaruh pada semangat kita. Sebagai ilustrasi yaitu misal kita diajak suami melakukan perjalanan. Tentu akan berbeda jika kita tahu akan ke mana, hal itu memudahkan kita merancang kira-kira apa saja yang harus dipersiapkan dan bersegera melakukannya. Lalu jika perjalanan yang dimaksud tidak jelas arah tujuannya sudah pasti kita juga akan tidak semangat atau malah menolak ajakan itu. Saya mulai menemukan kejelasan tujuan ini di pertengahan tahun. Saya merasa dan bertanggung jawab mewariskan sesuatu ke anak dan keturunan saya secara khusus dan untuk manusia lain pada umumnya. Ini adalah tujuan saya, lalu bagaimana dengan teman-teman? Semoga segera saja bisa ketemu dengan tujuan dari perjalanan hidupnya ya….

  •  Beban pekerjaan terlalu berat

Nah, setelah tujuan diketahui maka tidak serta merta muluslah perjalanan kita. Sering kali justru porak poranda karena beban kerja yang terlalu berat. Pernah gak di suatu fase pekerjaan sedang menumpuk tapi justru bingung mau mulai dari mana, malah berakhir dengan tidak mengerjakan apa-apa. Nah, kebingungan itu kemungkinan karena kita terlalu fokus pada beratnya beban dan sudah membayangkan betapa lelahnya proses pengerjaannya. Atau saking banyaknya kita malah jadi tidak bisa membedakan mana yang prioritas dan mana yang bisa ditunda pengerjaannya. Membaginya menjadi sub-sub bagian tugas adalah cara saya untuk tidak terlalu focus pada beratnya beban kerja saya. Jika tugas besar harian saya ada 3 kelompok, maka masing-masing kelompok akan saya bagi lagi menjadi rincian tugas-tugas itu. Jadi saat bangun tidur kita tinggal membuka agenda dan menjalankan apa-apa yang sudah tertulis di dalamnya. Pada praktiknya tentu tidak semudah menuliskannya. Gangguan, distraksi dan perubahan agenda bisa saja terjadi. Tetapi jika kita sudah mempunyai koridor yang jelas maka untuk Kembali ke rute kita tentu akan lebih mudah.

Semoga tulisan saya bermanfaat dan kita semua semakin enjoy menjalani hari-hari dan memenuhinya dengan kebaikan. Semangat!

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar