Kamis, 09 November 2023

Mental Load, Ibu dan Segala Penatnya.

Pernah gak teman-teman para emak-emak merasakan pikiran kemrungsung (bahasa jawa yang artinya cemas dan merasa tergesa-gesa)? Hal ini biasanya terjadi karena pekerjaan rumah tangga yang sangat banyak hingga seolah sedang berderet menunggu dituntaskan lalu yang terjadi malah bingung harus mulai dari mana. Lalu segalanya menjadi semakin runyam karena seorang ibu yang kelelahan akan dengan mudah tersulut emosi, mudah tersinggung dan mudah marah. Rasa capek yang kerap kali muncul saat menjadi istri dan ibu tentu sudah tidak diragukan lagi. Setiap hari sibuk dengan pekerjaan yang tiada habisnya. Semua tenaga ibu terkuras bahkan energi dari dalam pun ikut tersedot.

Saya adalah seorang istri dan ibu dua orang anak, beberapa tahun yang lalu saya pernah bekerja di suatu instansi pendidikan. Tetapi selama menjalaninya saya merasa tidak bahagia, ada beban yang teramat besar yang saya rasakan. Pada saat sedang merintis karier tersebut, beban dan tanggung jawab saya sebagai ibu rumah tangga tidak berkurang. Semua hal yang menyangkut rumah dan isinya menjadi tanggung jawab saya sepenuhnya. Dengan beberapa pertimbangan akhirnya saya putuskan untuk mundur dari pekerjaan tersebut dan kembali menjalani hari-hari sebagai istri dan ibu. Pada saat itu saya tidak tahu apa yang terjadi dengan diri saya, saya hanya merasa sangat lelah dan kewalahan karena harus menyelesaikan tanggung jawab saya sendiri dengan tambahan pekerjaan baru saya. Lalu semua berjalan seperti biasa, kadang saat pekerjaan seolah menodong dan merongrong saya tanpa ampun saya jadi sangat mudah tersinggung. Tumpahan air di meja yang tidak sengaja dilakukan oleh suami bisa membuat urat leher saya menegang berlanjut dengan rentetan omelan dan masih banyak lagi contoh lainnya. Intinya saya jadi gampang naik darah hehehe. Lalu saya membaca artikel tentang mental load, yang membuat saya menyadari suatu hal, apakah mungkin saat itu saya sedang mengalami mental load? Apakah sekarang masih terjebak dalam mental load? Lalu bagaimana mengatasinya?

Menurut artikel yang saya baca mental load adalah kelelahan mental dan kebanyakan dialami oleh kaum Wanita khususnya ibu. Hal ini disebabkan oleh tanggung jawab seorang ibu yang sangat banyak. Mental load ini biasanya tidak disadari karena penyebabnya terjadi di dalam pikiran ibu itu sendiri. Berbagai hal yang menuntut untuk segera dibereskan menyebabkan para ibu ini harus memikirkan banyak hal demi membuat semua tanggung jawabnya selesai dengan baik. Dalam kesibukan fisiknya tanpa orang sekitarnya sadari di kepala ibu penuh dengan berbagai macam hal yang berkaitan dengan strategi demi menyelesaikan tugas-tugasnya. Maka jika terjadi hal-hal yang menjengkelkan yang keluar dari seorang ibu yang sering muncul adalah salah paham. Hal itu terjadi karena biasanya orang-orang disekitar ibu itu tidak paham dengan beban pikiran yang ada di kepala si ibu.

Lalu penyebab mental load apa saja? Banyak artikel yang membicarakan penyebab mental load. Tapi menurut yang saya alami penyebab mental load adalah:

  • Menuntut Kesempurnaan

Lumrahnya seorang ibu memang sangat mendambakan suasan rumah yang rapi, teratur, makanan untuk keluarga yang selalu siap sedia dengan komposisi empat sehat lima sempurna. Ideal sekali kan? Tetapi tunggu dulu, untuk mendapatkan semuanya itu tidak sesederhana merapal mantra lalu semuanya rapi jali lengkap dengan hidangan yang lezat dan bergizi. Tidak semudah itu kan mak? Jika ingin rumah rapi dan bersih maka ada banyak proses yang harus dilalui seperti merapikan semua barang dan mengembalikannya ke tempat masing-masing, mengelap meja dan membersihkan semua debu, lanjut dengan menyapu atau mem-vacuum lantai. Apakah sudah cukup? Bagi ibu yang setiap hari menuntut rumahnya kinclong tentu harus ada aktivitas tambahan yaitu mengepel rumah. Nah baru beres urusan rapi-rapi rumah. Lalu bagaimana dengan urusan makanan seluruh penghuni rumah? Ini juga tidak semenyenangkan melihat meja makan penuh makanan. Tetapi ada banyak sekali proses di dalamnya. Mulai dari menyiapkan menu makanan, lalu belanja bahan makanan, menyiapkannya dan memasakannya baru bisa terhidang makanan di meja makan. Apakah lantas sudah selesai pekerjaan ibu ? Jangan takut mak, peralatan masak yang tadi dipakai menanti dieksekusi tuh. Itu belum semuanya mak, masalah baju kotor juga tidak bisa dibiarkan, lalu mengawasi tumbuh kembang anak serta macam ragamnya tentu juga tidak boleh diabaikan. Ditambah lagi jika si ibu menjalani profesi sebagai wanita bekerja. Aduh tidak terbayang bagaimana ruwetnya isi kepala.

Semuanya tadi memang tugas kita sebagai Wanita, sebagai istri dan ibu. Tetapi jika kita mematok standar terlalu tinggi maka kita hanya sedang menyakiti diri sendiri. Tidak perlu sepanjang hari, setiap waktu rumah selalu rapi dan bersih. Sesekali tutup mata demi menjaga keseimbangan beban kerja saya rasa tidak ada salahnya. Sesekali biarkan cucian piring itu menumpuk jika memang tidak ada yang membantu mencucinya, lalu melipir sejenak di kamar untuk sedikit menikmati waktu sendiri dengan melakukan hal-hal yang disukai. Ideal itu baik tetapi menjaga kewarasan jauh lebih dibutuhkan oleh tubuh kita.

Untuk mengurangi burnout yang mungkin terjadi karena mental load maka bisa dengan mengurai beban kerja ke dalam rincian tugas-tugas kecil hingga tidak semuanya memenuhi isi kepala kita. Yang bisa dilakukan yaitu menuliskan tugas-tugas harian, mingguan atau bulanan dan tinggal menjalankan sesuai jadwalnya. Mengurangi isi kepala dari berbagai cara menyelesaikan tugas itu akan sangat melegakan dan menghemat banyak energi kita.

  • Merasa bahwa mengurus rumah tangga adalah tanggung jawab ibu semata

Pekerjaan ibu rumah tangga ternyata banyak banget kan? Padahal belum saya tuliskan semuanya loh, tetapi baru membaca sebagian kecil saja rasanya sudah mau muntah. Lalu apa kabar para ibu yang melakukan pekerjaan itu sendiri setiap harinya? Pantas saja mental load lebih sering menjangkiti para ibu dibandingkan ayah, ya karena seruwet dan seberat itu. Hal itu tentu saja terjadi karena sejak jaman dulu stereotip pekerjaan rumah tangga adalah tanggung jawab ibu seorang menjadi salah satu penyebabnya.

Lalu supaya tidak terjadi mental load apa yang harus kita lakukan sebagai ibu? Kita memang tidak bisa serta merta menghapus stereotip itu, pun juga kita tidak bisa terlalu berharap orang lain akan merasa mempunyai tanggung jawab yang sama dengan kita mengenai rumah serta pengaturan isi dan penghuni di dalamnya. Meskipun begitu demi kenyamanan Bersama saya akan tetap memberi tahu suami atau penghuni rumah lain untuk bisa menjalankan tanggung jawab menjaga kenyamanan rumah bersama. Tetapi jika tetap tidak ada perubahan dari suami atau penghuni rumah lain maka saya akan tetap melakukan apa-apa yang menjadi tanggung jawab saya dengan tidak memaksakan diri. Dan tak lupa memberikan waktu dan kesempatan kepada diri sendiri untuk menikmati hal-hal yang membuat hati Bahagia, misalnya membaca buku atau menjalankan hobi atau sekedar bersantai di kamar. Terlalu banyak berharap kepada manusia yang ada malah menambah beban karena kecewa. Mencoba tetap memberi porsi bahagia untuk diri sendiri dan belajar menjadikan setiap pekerjaan dan tanggung jawab sebagai sarana ibadah juga akan meringankan rasa penat yang ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar