Minggu, 28 Januari 2024

Sebuah Perjalanan Hidup

 “Teruskan sibukkan dirimu dalam kebaikan. Karena kalau kamu tidak disibukkan dalam kebaikan pasti akan disibukkan dalam keburukan.” –Gus Iqdam

Nasihat yang selalu saya sukai. Sebagai orang yang mungkin menurut pandangan orang banyak saya tidak memiliki banyak arti di dunia ini, karena semuanya dihitung dengan perolehan materi, maka saya termasuk yang lega dan selalu menanti nasihat dan cara pikir seperti ini. Jika bukan karena ingin melakukan kebaikan saja agar waktu tidak beralih menjadi habis karena keburukan maka saya mungkin akan berakhir sebagai orang yang hidupnya benar-benar sia-sia. Dan sejauh ini saya sangat senang, setidaknya saya rencanakan hidup untuk menjalankan kebaikan. Kalaupun di tengah jalan ada banyak sekali kendala dan kemalasan maka saya tetap berharap hal itu tidak akan menjadi peneguh saya di kehabisan waktu untuk keburukan. Berjalan lebih dari 40 tahun dalam ketidakpastian dan akan begitu seterusnya karena memang beginilah sejatinya hidup, penuh dengan ketidakpastian.

Lalu ada nasihat dari Gus Baha yang juga selalu saya ingat dalam kehidupan saya yaitu “Asalkan tidak maksiat dan bermanfaat untuk orang banyak, itu sudah cukup.” Sekali lagi itu menjadi sebuah nasihat yang sangat menenangkan untuk orang seperti saya. Menenangkan karena bahkan untuk bisa melepaskan dari kemaksiatan rasanya saya termasuk harus bekerja keras. Lalu beliau mengingatkan lagi bahwa berperilaku dalam hidup itu asalkan bisa bahagia dalam ketaatan dan tidak perlu melakukan maksiat untuk menggapai kebahagiaan. Jika jaman sekarang untuk mencapai bahagia saja harus melakukan banyak hal yang dilarang agama, maka nasihat nasihat beliau mengingatkan saya bahwa jika kita mau sedikit saja membuka mata dan hati maka sebenarnya ada banyak pintu kebahagiaan yang di dalamnya tidak perlu dikotori dengan kemaksiatan. Beliau mencontohkan berdiam diri di rumah tentu lebih bernilai kebaikan dari pada yang keluyuran dugem atau ke tempat-tempat maksiat, makan mie, minum kopi dan merasakan betapa besar kenikmatan di dalamnya akan lebih bernilai ibadah karena kita bisa menerapkan kehidupan yang bahagia tanpa harus melakukan kemasiatan. Lalu saya semakin merasa banyak sekali jalan menuju perasaan bahagia, melihat rumah bersih saya sudah sangat senang apalagi saya bisa berkesempatan untuk membersihkannya, menyiapkan makanan untuk orang rumah juga ternyata membahagiakan untuk saya, lalu menikmati secangkir kopi kesukaan saya atau sekedar makan gorengan yang jika menurut kesehatan tidak sehat itu telah membuat saya sangat bersemangat.

Lalu saya berusaha mengejewantahkan nasihat itu dalam kehidupan saya. Salah satu upaya yang saya lakukan adalah dengan mengisi hari-hari saya dengan banyak aktivitas. Ternyata memiliki banyak sekali aktivitas itu menyenangkan, meski memang melelahkan tetapi menjalani hari lebih bersemangat. Apalagi saya yang tinggal hanya berdua dengan suami setelah anak-anak pergi merantau bersekolah di pondok pesantren, waktu saya banyak tersedia karena tidak lagi mengurusi keperluan anak secara langsung. Dan barokahnya anak merantau adalah perasaan sungkan dan tidak enak hati jika kita di rumah malah santai-santai, bermalas-malasan dan tidak produktif. Alhamdulillah memasukkan anak ke pesantren memang menjadi ajang pembelajaran untuk kami semua. Anak-anak belajar banyak hal di pesantren kami orang tuanya, terutama saya, belajar untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi. Jika di awal-awal merasa galau karena menahan rindu dan merisaukan anak-anak yang berada jauh dari orang tua, maka lambat laun perasaan tenang mulai menghampiri dan bersemayam dalam hati. Perasaan percaya dan yakin bahwa mereka baik-baik saja dan tentu saja selalu memohon kepada Pemilik Alam Semesta untuk selalu menjaga mereka adalah salah satu cara saya bisa melewati hari demi hari tanpa anak-anak di rumah.

Kehidupan di pesantren semoga menjadi pilihan yang baik untuk mereka (anak-anak saya) sekarang dan yang akan datang. Bapaknya yang juga alumni pesantren sangat mantap saat menyekolahkan anak-anak ke pesantren, karena menurutnya mereka akan belajar banyak hal yang kemungkinan besar tidak akan mereka dapatkan jika mereka masih tinggal bersama dengan kami. Dan saya tentu saja menyetujui usul suami saya tersebut. Meskipun saya bukan anak pesantren tetapi sebenarnya dunia pesantren sudah pernah saya jajal sewaktu saya masih SMP (Sekolah Menengah Pertama). Meskipun hanya melalui kegiatan pesantren kilat, tetapi acara tersebut dilakukan di sebuah pesantren dan saya mengikuti kegiatan tersebut untuk mengisi waktu liburan saya saat itu. Pengalaman yang sangat berharga meski banyak tidak enaknya hehehe, maklum saat itu dunia pesantren sangat jauh dari kehidupan saya. Dan lagi tidak ada dorongan dari pihak lainnya, jadi saya mengikuti pesantren kilat itu murni dari keinginan saya sendiri. Jadi saat merasakan tidak enaknya ya harus ditelan sendiri meski sempat nangis juga sih hehehe, namanya juga masih kanak-kanak.

Rasa syukur yang saya bisa utarakan karena ada begitu banyak keajaiban yang terjadi dalam hidup dan perjalanan diri saya. Begitu banyak pengalaman yang telah saya alami dengan berjuta pelajaran yang bisa saya petik. Hingga saya akhirnya berada di titik ini, titik yang bagi kebanyakan orang tidak memiliki pencapaian yang berarti, sekali lagi tentu berkenaan dengan materi hehehe. Tapi bagi saya mencapai titik ini adalah perjalanan yang mempesona meski tak jarang berurai air mata. Teringat saat dulu saya memasuki usia remaja lalu muncul perasaan ragu dan tidak puas dengan sesuatu yang ada di depan mata lalu berusaha mencari jawaban, termasuk pesantren kilat itu adalah salah satu pencarian jawaban atas pertanyaan saya. Lalu waktu berjalan, setiap hari dengan pergolakan batin yang dirasakan sendiri, tanpa ada satu pun teman yang bisa diajak cerita. Memang selalu tidak ada harga murah untuk sebuah anugerah indah. Titik temu, serumit dan sepahit itu memang harus dijalani untuk menemukan apa yang saya cari. Semoga Tuhan menjadikan segala yang kurang sebagai sebuah pemakluman atas makhluknya. Hingga akhhirnya takdir menuntun saya ke dalam perjalanan hidup sekarang. Segala keburukan saya jadikan pelajaran dan kebaikan yang ada saya ambil untuk dijadikan bekal ke depan. 

Dan ini adalah awalan saya selanjutnya, setiap hari dijalani dengan banyak sekali kelompok kerja yang saya buat sendiri. Tak apa jika segala usaha ini belum bisa membuahkan hasil sekarang. Minimal saya sedang dan selalu berusaha mengisi waktu-waktu saya dengan padatnya upaya kebaikan, karena menganggur adalah jalan masuk setan. InsyaAllah masih akan terus bersemangat mengisi hari dengan kesibukan kebaikan agar tidak terisi dengan kesibukan dalam keburukan. Naudzubilah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar