Selamat datang bulan November, agak telat ya…hehehe? Tapi tak apalah dari pada tidak mengucapkan selamat datang pada bulan yang telah mengingatkan kita bahwa waktu ternyata sangat cepat berlalu. Tak terasa satu bulan lagi sudah berganti tahun. Lalu apa saja yang telah dicapai di tahun 2023 ini ? Semoga segala cita-cita dan resolusi teman-teman sudah tercapai, minimal ada yang sudah tercapai lah hehehe. Kalau saya malah memulai tahun 2023 tanpa resolusi yang pasti. Ada sih sebuah angan dan cita-cita tetapi itu terlalu berat hingga progress saya sangatlah lamban. Meskipun begitu saya menganggap apa-apa yang sejauh ini saya kerjakan harus saya syukuri. Minimal saya tidak kehilangan semangat dalam menjalani hari dan memupuknya dengan kegiatan yang positif dan bermanfaat. Kok malu ya nulisnya hehehe. Tapi memang saya harus bersyukur bisa melewati hari dengan banyak kegiatan, tidak terlalu banyak membuang waktu dengan scroll-scroll sosial media. Sosial media saya usahakan sebagai sarana untuk menambah kapasitas diri dan menumbuhkan berbagai motivasi. Alhamdulillah pencapaian yang mungkin tak seberapa tapi saya sangat mensyukurinya.
Saya mengalami banyak hal di tahun ini terutama di
pertengahan tahun. Saya menemukan
kembali semangat dan alasan saya menulis. Tidak mau menunggu lama saya langsung
menjaga api semangat itu agar tetap membara. Pernah dengar sebuah pepatah, saya lupa kalimat aslinya, tapi kurang lebih bunyinya begini : ‘’ Tidak selamanya motivasi itu ada di
dalam diri kita, maka disiplin menjadi jalan satu-satunya untuk tetap bisa
berada di rute pencapaian cita-cita.’’ Mencoba membuat jadwal harian dan
berjuang mamatuhinya. Tidak mudah dan masih sering meleset, tapi tetap lebih
baik dari pada tidak ada arah sama sekali. Asal mula saya mulai ingin produktif
adalah munculnya perasaan bersalah jika saya mengisi hari dengan bersantai ria.
Saya selalu teringat anak-anak saya yang sedang berjuang dan belajar di pondok
pesantren. Mereka selalu mengisi harinya dengan berbagai macam kegiatan, dan
saya tahu hal itu tidak mudah. Mereka harus menahan berbagai rasa tidak nyaman dan
di saat yang sama juga harus mendorong diri sendiri dan selalu semangat agar bisa menjalani hari dan
menghasilkan yang terbaik dalam setiap prosesnya. Berkaca dari situlah saya
merasa jika anak-anak sekuat tenaga berjuang maka saya yang di rumah juga harus
melakukan perjuangan serupa.
Lalu saya mulai
memikirkan cara agar selalu produktif. Belum sempurna sih, tetapi saya
senang dan bangga bisa ke arah ini. Tidak mudah memunguti semangat yang sering tercerai berai karena merasa
diri sudah tertinggal sangat jauh. Lalu saya teringat sesuatu, saya
tertinggal oleh apa dan oleh siapa? Karena tak seharusnya rasa itu ada. Semua orang
mengalami episode yang berbeda di kehidupannya. Dan pencapaian masing-masing
orang juga tidak sama. Kesadaran ini seolah Kembali menumbuhkan semangat saya. Jika
dulu saya sering membatasi diri dengan banyak kalimat :
“Ah, untuk apa Lelah dan letih itu. Toh kamu sudah tinggal
berdiam diri saja juga malah enak. Apa mungkin bisa tercapai cita-cita yang baru
kau sadari itu? Waktumu tidak banyak, kemungkinan besar tidak akan tercapai
cita-citamu itu, jadi untuk apa kau perjuangkan lagi?”
Ya, semua pikiran bernada pesimis itu memang cukup
mempengaruhi dan menghantui saya, tetapi sisi lain diri saya sering
mengingatkan dan mengatakan hal yang berbeda, “Mungkin waktumu tidak banyak,
juga kemungkinan besar belum sampai cita-citamu tercapai kau sudah kehabisan
waktu itu. Tapi berjalan ke sana, ke arah mimpimu dan itu jauh lebih seru dari pada
hanya merutuki Nasib dan berhenti melakukan sesuatu.” Lalu saya memulai
perjalanan saya ini, toh jika nanti tetap akan mati setidaknya saya pernah
melakukan sesuatu untuk saya wariskan pada anak-anak dan keturunan saya. Jika memang
belum berupa karya nyata, semoga kobaran api semangat ini tetap menyala
menghangatkan dinginnya hari dan menerangi perjalanan mereka.
Lalu saya menemukan sesuatu hal yang sangat berkaitan dengan
fenomena mengapa semangat lebih mudah hilang, yaitu karena:
- Merasa tidak berguna
Merasa tidak
berguna ternyata sangat berpengaruh pada semangat mengerjakan sesuatu. Hal ini
bisa jadi sudah ada yang mengerjakan tugas-tugas kita atau karena memang kita
sering tidak dilibatkan dalam suatu pekerjaan karena kita tidak berusaha
menunjukkan keinginan bekerja kita. Pernah gak pada suatu keadaan di mana
mungkin seseorang sungkan menyuruh kita mengerjakan sesuatu. Entah itu karena
belum terlalu kenal atau karena kita terlihat sebagai orang yang tidak berminat
mengerjakan sesuatu itu. Di satu sisi mungkin seseorang yang kelihatan seperti
orang yang ogah-ogahan bekerja itu mungkin karena merasa dirinya tidak
dibutuhkan. Meski saya kurang sependapat dengan kalimat barusan hehehe. Karena
menurut saya alam akan bekerja seirama dengan cara kita bekerja. Misalnya kita
di suatu keadaan yang baru misal di tempat kerja atau di lingkungan baru dan belum
ada yang kenal kita, maka bagaimana orang itu merespon kita akan mengikuti cara
kita memberikan aksi, itu di keadaan normal ya. Kalau di kondisi tidak normal ya lain lagi ceritanya dan tidak akan saya
bahas di sini. Kalau kita berperilaku sebagai orang yang memang senang bekerja (rajin)
maka mereka pun akan tidak sungkan untuk menyuruh atau meminta bantuan pada
kita dan begitupun sebaliknya. Jadi merasa tidak berguna atau tidak dibutuhkan
memang salah satu penyebab diri tidak bersemangat melakukan sesuatu tetapi hal
itu tidak lantas membenarkan sikap diam diri kita yang justru seolah merasa
beruntung karena tidak perlu berbuat apa-apa. Saya rasa ini sikap yang patut
dikoreksi. Jika di suatu kondisi dan peristiwa lalu kita tidak dilibatkan maka
langkah yang pertama kali harus diambil yaitu instrospeksi diri karena
kemungkinan besar segala respon yang diberikan pada kita adalah reaksi dari
aksi yang kita buat. Lalu berbenah diri dan mulai aktif terlibat semampunya. Semakin
aktif akan membuat kita semakin layak dibutuhkan. Semakin banyak dibutuhkan
berarti semakin bermanfaatlah diri kita. Dan bukankah sebaik-baik orang adalah
yang banyak memberikan manfaat untuk sekitarnya.
- Tidak memiliki tujuan yang jelas
Tujuan yang jelas membuat kita tahu dan bisa memperkirakan
akhir dari perjalanan yang sedang kita tempuh. Dengan kejelasan itu akan memudahkan
kita membuat rencana yang konkrit lalu menjadi lebih bersemangat dalam mengejarnya.
Lalu bagaimana jika kita tidak mempunyai tujuan yang jelas? Ya tentu saja hal itu
akan membuat kita berada dalam situasi gamang dan ragu-ragu. Tujuan saja tidak
ada lantas apa yang akan dikerjakan tentu juga semakin tidak bisa dipetakan. Hal ini sangat berpengaruh pada semangat
kita. Sebagai ilustrasi yaitu misal kita diajak suami melakukan perjalanan. Tentu
akan berbeda jika kita tahu akan ke mana, hal itu memudahkan kita merancang
kira-kira apa saja yang harus dipersiapkan dan bersegera melakukannya. Lalu jika
perjalanan yang dimaksud tidak jelas arah tujuannya sudah pasti kita juga akan
tidak semangat atau malah menolak ajakan itu. Saya mulai menemukan kejelasan
tujuan ini di pertengahan tahun. Saya merasa dan bertanggung jawab
mewariskan sesuatu ke anak dan keturunan saya secara khusus dan untuk manusia
lain pada umumnya. Ini adalah tujuan saya, lalu bagaimana dengan teman-teman?
Semoga segera saja bisa ketemu dengan tujuan dari perjalanan hidupnya ya….
- Beban pekerjaan terlalu berat
Nah, setelah
tujuan diketahui maka tidak serta merta muluslah perjalanan kita. Sering kali
justru porak poranda karena beban kerja yang terlalu berat. Pernah gak di suatu
fase pekerjaan sedang menumpuk tapi justru bingung mau mulai dari mana, malah
berakhir dengan tidak mengerjakan apa-apa. Nah, kebingungan itu kemungkinan
karena kita terlalu fokus pada beratnya beban dan sudah membayangkan betapa
lelahnya proses pengerjaannya. Atau saking banyaknya kita malah jadi tidak bisa
membedakan mana yang prioritas dan mana yang bisa ditunda pengerjaannya. Membaginya
menjadi sub-sub bagian tugas adalah cara saya untuk tidak terlalu focus pada
beratnya beban kerja saya. Jika tugas besar harian saya ada 3 kelompok,
maka masing-masing kelompok akan saya bagi lagi menjadi rincian tugas-tugas
itu. Jadi saat bangun tidur kita tinggal membuka agenda dan menjalankan apa-apa
yang sudah tertulis di dalamnya. Pada praktiknya tentu tidak semudah
menuliskannya. Gangguan, distraksi dan perubahan agenda bisa saja terjadi. Tetapi
jika kita sudah mempunyai koridor yang jelas maka untuk Kembali ke rute kita
tentu akan lebih mudah.
Semoga tulisan saya bermanfaat dan kita semua semakin enjoy
menjalani hari-hari dan memenuhinya dengan kebaikan. Semangat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar