Pernah gak teman-teman para emak-emak merasakan pikiran kemrungsung (bahasa jawa yang artinya cemas dan merasa tergesa-gesa)? Hal ini biasanya terjadi karena pekerjaan rumah tangga yang sangat banyak hingga seolah sedang berderet menunggu dituntaskan lalu yang terjadi malah bingung harus mulai dari mana. Lalu segalanya menjadi semakin runyam karena seorang ibu yang kelelahan akan dengan mudah tersulut emosi, mudah tersinggung dan mudah marah. Rasa capek yang kerap kali muncul saat menjadi istri dan ibu tentu sudah tidak diragukan lagi. Setiap hari sibuk dengan pekerjaan yang tiada habisnya. Semua tenaga ibu terkuras bahkan energi dari dalam pun ikut tersedot.
Saya adalah
seorang istri dan ibu dua orang anak, beberapa tahun yang lalu saya pernah
bekerja di suatu instansi pendidikan. Tetapi selama menjalaninya saya merasa
tidak bahagia, ada beban yang teramat besar yang saya rasakan. Pada saat
sedang merintis karier tersebut, beban dan tanggung jawab saya sebagai ibu
rumah tangga tidak berkurang. Semua hal yang menyangkut rumah dan isinya
menjadi tanggung jawab saya sepenuhnya. Dengan beberapa pertimbangan akhirnya saya
putuskan untuk mundur dari pekerjaan tersebut dan kembali menjalani hari-hari
sebagai istri dan ibu. Pada saat itu saya tidak tahu apa yang terjadi dengan
diri saya, saya hanya merasa sangat lelah dan kewalahan karena harus
menyelesaikan tanggung jawab saya sendiri dengan tambahan pekerjaan baru saya. Lalu semua berjalan seperti biasa, kadang saat pekerjaan seolah menodong dan
merongrong saya tanpa ampun saya jadi sangat mudah tersinggung. Tumpahan air di
meja yang tidak sengaja dilakukan oleh suami bisa membuat urat leher saya
menegang berlanjut dengan rentetan omelan dan masih banyak lagi contoh lainnya.
Intinya saya jadi gampang naik darah hehehe. Lalu saya membaca artikel tentang mental
load, yang membuat saya menyadari suatu hal, apakah mungkin saat itu saya
sedang mengalami mental load? Apakah sekarang masih terjebak dalam mental
load? Lalu bagaimana mengatasinya?
Menurut artikel yang saya baca mental load adalah
kelelahan mental dan kebanyakan dialami oleh kaum Wanita khususnya ibu. Hal ini
disebabkan oleh tanggung jawab seorang ibu yang sangat banyak. Mental load
ini biasanya tidak disadari karena penyebabnya terjadi di dalam pikiran ibu itu
sendiri. Berbagai hal yang menuntut untuk segera dibereskan menyebabkan para
ibu ini harus memikirkan banyak hal demi membuat semua tanggung jawabnya
selesai dengan baik. Dalam kesibukan fisiknya tanpa orang sekitarnya sadari di
kepala ibu penuh dengan berbagai macam hal yang berkaitan dengan strategi demi
menyelesaikan tugas-tugasnya. Maka jika terjadi hal-hal yang menjengkelkan yang
keluar dari seorang ibu yang sering muncul adalah salah paham. Hal itu terjadi
karena biasanya orang-orang disekitar ibu itu tidak paham dengan beban pikiran
yang ada di kepala si ibu.
Lalu penyebab mental load apa saja? Banyak artikel
yang membicarakan penyebab mental load. Tapi menurut yang saya alami penyebab
mental load adalah:
- Menuntut Kesempurnaan
Lumrahnya seorang ibu memang sangat mendambakan suasan rumah
yang rapi, teratur, makanan untuk keluarga yang selalu siap sedia dengan
komposisi empat sehat lima sempurna. Ideal sekali kan? Tetapi tunggu dulu,
untuk mendapatkan semuanya itu tidak sesederhana merapal mantra lalu semuanya
rapi jali lengkap dengan hidangan yang lezat dan bergizi. Tidak semudah itu kan
mak? Jika ingin rumah rapi dan bersih maka ada banyak proses yang harus dilalui
seperti merapikan semua barang dan mengembalikannya ke tempat masing-masing,
mengelap meja dan membersihkan semua debu, lanjut dengan menyapu atau
mem-vacuum lantai. Apakah sudah cukup? Bagi ibu yang setiap hari menuntut
rumahnya kinclong tentu harus ada aktivitas tambahan yaitu mengepel rumah. Nah
baru beres urusan rapi-rapi rumah. Lalu bagaimana dengan urusan makanan seluruh
penghuni rumah? Ini juga tidak semenyenangkan melihat meja makan penuh makanan.
Tetapi ada banyak sekali proses di
dalamnya. Mulai dari menyiapkan menu makanan, lalu belanja bahan makanan,
menyiapkannya dan memasakannya baru bisa terhidang makanan di meja makan. Apakah
lantas sudah selesai pekerjaan ibu ? Jangan takut mak, peralatan masak
yang tadi dipakai menanti dieksekusi tuh. Itu belum semuanya mak, masalah baju
kotor juga tidak bisa dibiarkan, lalu mengawasi tumbuh kembang anak serta macam
ragamnya tentu juga tidak boleh diabaikan. Ditambah lagi jika si ibu menjalani
profesi sebagai wanita bekerja. Aduh tidak terbayang bagaimana ruwetnya isi
kepala.
Semuanya tadi
memang tugas kita sebagai Wanita, sebagai istri dan ibu. Tetapi jika
kita mematok standar terlalu tinggi maka kita hanya sedang menyakiti diri
sendiri. Tidak perlu sepanjang hari, setiap waktu rumah selalu rapi dan bersih.
Sesekali tutup mata demi menjaga keseimbangan beban kerja saya rasa tidak ada
salahnya. Sesekali biarkan cucian piring itu menumpuk jika memang tidak ada
yang membantu mencucinya, lalu melipir sejenak di kamar untuk sedikit menikmati
waktu sendiri dengan melakukan hal-hal yang disukai. Ideal itu baik tetapi
menjaga kewarasan jauh lebih dibutuhkan oleh tubuh kita.
Untuk mengurangi burnout yang mungkin terjadi karena mental
load maka bisa dengan mengurai beban kerja ke dalam rincian tugas-tugas
kecil hingga tidak semuanya memenuhi isi kepala kita. Yang bisa dilakukan yaitu
menuliskan tugas-tugas harian, mingguan atau bulanan dan tinggal menjalankan
sesuai jadwalnya. Mengurangi isi kepala dari berbagai cara menyelesaikan tugas
itu akan sangat melegakan dan menghemat banyak energi kita.
- Merasa bahwa mengurus rumah tangga adalah tanggung jawab ibu semata
Pekerjaan ibu rumah tangga ternyata banyak banget kan? Padahal
belum saya tuliskan semuanya loh, tetapi baru membaca sebagian kecil saja
rasanya sudah mau muntah. Lalu apa kabar para ibu yang melakukan pekerjaan itu
sendiri setiap harinya? Pantas saja mental load lebih sering menjangkiti
para ibu dibandingkan ayah, ya karena seruwet dan seberat itu. Hal itu tentu
saja terjadi karena sejak jaman dulu stereotip pekerjaan rumah tangga adalah
tanggung jawab ibu seorang menjadi salah satu penyebabnya.
Lalu supaya tidak terjadi mental load apa yang harus
kita lakukan sebagai ibu? Kita memang tidak bisa serta merta menghapus
stereotip itu, pun juga kita tidak bisa terlalu berharap orang lain akan merasa
mempunyai tanggung jawab yang sama dengan kita mengenai rumah serta pengaturan
isi dan penghuni di dalamnya. Meskipun begitu demi kenyamanan Bersama saya akan
tetap memberi tahu suami atau penghuni rumah lain untuk bisa menjalankan
tanggung jawab menjaga kenyamanan rumah bersama. Tetapi jika tetap tidak ada
perubahan dari suami atau penghuni rumah lain maka saya akan tetap melakukan
apa-apa yang menjadi tanggung jawab saya dengan tidak memaksakan diri. Dan tak
lupa memberikan waktu dan kesempatan kepada diri sendiri untuk menikmati
hal-hal yang membuat hati Bahagia, misalnya membaca buku atau menjalankan hobi
atau sekedar bersantai di kamar. Terlalu banyak berharap kepada manusia yang
ada malah menambah beban karena kecewa. Mencoba tetap memberi porsi bahagia untuk
diri sendiri dan belajar menjadikan setiap pekerjaan dan tanggung jawab sebagai
sarana ibadah juga akan meringankan rasa penat yang ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar