“I always did something I was a little not ready to do. I think that's how you grow. When there's that moment of ‘Wow, I'm not really sure I can do this’, and you push through those moments, that's when you have a breaktrough.”—Marissa Mayer
Sebuah kalimat yang mengisahkan proses dan ketakutan yang harus ditaklukkan. Seringkali kita dihadapkan pada suatu kondisi di mana kita belum benar-benar siap melakukannya, tetapi kalau tidak kita paksakan maka tidak akan ada kemajuan. Dan hal itu membuat kita nekat melakukan sesuatu yang sebenarnya kita sendiri ragu melakukannya. Saya sering mengalaminya, teman-teman pernah juga kan mengalaminya? Setelah saya ingat ternyata banyak juga momen menakutkan itu hiiii…. Coba saya ingat-ingat lagi semua hal yang membuat saya semakin bertumbuh seperti sekarang ini. Beberapa hal yang lumayan memicu adrenalin saya pada saat itu adalah:
- Belajar mengendarai motor
Saya adalah penakut, harus saya akui itu. Saya sering kali ragu dalam melakukan sesuatu karena saya sudah membayangkan hal-hal yang menakutkan. Misalnya dalam belajar mengendarai motor ini, saya termasuk terlambat belajar mengendarai motor. Adik saya sudah lebih dulu mahir mengendarai kendaraan roda dua ini, sehingga adik saya lah yang mengajari saya hingga bisa mengendarai motor. Pada jaman itu belum ada motor matic seperti sekarang, sehingga tingkat kesulitannya jangan ditanya. Tidak seperti anak-anak jaman sekarang yang dari kecil sudah mahir kulu kilir pakai motor karena naik motor seperti naik sepeda tinggal gas, rem maka sudah bisa mengendarai motor. Kalau dulu banyak sekali yang harus dipelajari. Bagaimana caranya memindahkan gigi persneling motor agar motor tidak mogok atau malah jalan nyendal-nyendal. Belum lagi menyesuaikan antara gas dan gigi perseneling motor yang cukup rumit itu. Ditambah lagi saya sudah memiliki bayangan yang tidak mengenakkan pada saat itu. Banyak sekali ketakutan yang menghinggapi pikiran saya. Tapi untungnya saya cukup nekat untuk mencoba berkali-kali lengkap dengan berbagai kekonyolan yang terjadi pada proses latihan itu. Hingga akhirnya saya termasuk bagian dari orang-orang yang bisa dan mahir mengendarai motor manual. Good Job diri saya! Alhamdulillah.
- Belajar menyetir mobil
Proses berkendara roda empat ini juga hampir sama dengan saat saya belajar roda dua, dengan tingkat stress dan ketakutan yang sama seperti dulu. Apalagi saya sudah punya anak pada saat belajar mengendarai mobil ini. Tentu saja semakin membuat ciut nyali saya yang kecil ini. Tetapi lagi-lagi karena tuntutan dan sedikit kenekatan saya berhasil melalui proses ini. Tak lupa beberapa hal konyol juga mewarnai proses belajar mengendarai kendaraan roda empat ini. Bahkan kisah konyolnya malah bisa menghasilkan sedikit cuan, karena kisah lucu itu pernah diterbitkan di salah satu koran lokal di daerah saya. Alhamdulillah, tak henti saya mensyukurinya.
- Kuliah yang bukan jurusannya
Ini terjadi saat saya kuliah S2. Dan awal saya bisa melanjutkan kuliah juga hal aneh lainnya yaitu karena saya berjualan peyek. Kisah jualan peyek akan saya ceritakan di poin selanjutnya. Nah, akibat dari saya jualan peyek ini saya ditawari oleh suami untuk melanjutkan sekolah lagi dengan biaya akan ditanggung oleh perusahaan suami, tetapi syaratnya saya harus ambil jurusan informatika. Ya, perusahaan UMKM yang didirikan suami ini memang bergerak di bidang teknologi informasi, maka tidak heran jika suami mengharuskan saya mengambil jurusan itu jika bersedia sekolah lagi. Tentu saja saya terima dengan senang hati tawaran yang tidak mungkin datang dua kali itu. Tanpa pikir panjang saya langsung mengiyakan saja tawaran itu. Setelah diterima dan menjalani proses perkuliahan tentu saja saya lebih banyak menemui ‘jalan terjal’ dari pada teman-teman lainnya. Latar belakang saya bukan wanita pekerja karena saya adalah ibu rumah tangga murni. Saat kuliah S1 saya ambil jurusan Teknik Industri dan bukan dari jurusan Teknik Informatika. Dan dunia kampus sudah sangat asing bagi saya yang sehari-hari diisi dengan mengurus suami, anak dan rumah tangga. Bahkan pada saat itu bapak saya juga meragukan dan menganggap aneh keputusan saya kuliah lagi tersebut. Memang dasar saya nekat dan kebetulan mendapatkan dukungan dari suami maka saya tetap menjalani perkuliahan saya meski terseok-seok dan termehek-mehek tentunya. Sungguh perjalanan yang tidak mudah. Meski begitu segala bentuk keraguan itu tidak akan menjadi cerita manis jika saya tidak memberanikan diri keluar dari zona nyaman saya pada waktu itu. Sebuah perjalanan yang meninggalkan banyak kesan dan pembelajaran di hidup saya.
- Jualan peyek
Seperti yang sudah saya singgung di atas jika saya bisa kuliah S2 karena saya berjualan peyek. Ya, sungguh latar belakang yang membagongkan bukan? Tapi memang begitulah cerita aslinya. Dan alasan saya berjualan peyek juga tidak kalah aneh hehehe. Jadi pada saat itu saya sebagai ibu rumah tangga seutuhnya dan memiliki kegiatan seperti ibu rumah tangga pada umumnya yaitu mengurus rumah dan keluarga. Memang tidak ada yang istimewa dari kegiatan saya. Nah, melihat hal itu suami saya terusik, dia tidak suka melihat istrinya seolah ‘mandeg’. Dia mungkin risih melihat sesosok makhluk ini yang sepertinya tidak berkarya apa-apa hehehe. Mungkin yang membaca ini akan beranggapan bahwa omongan suami tadi terkesan meremehkan profesi ibu rumah tangga. Memang bisa dimaklumi anggapan seperti itu pasti akan muncul, karena saya saja pada awalnya tidak terima dikatakan seperti itu oleh suami. Tetapi karena saya merasa terusik oleh omongan suami yang bernada satir itu, maka saya berpikir untuk berkegiatan sehingga bisa sedikit membungkam suara sumbang itu hehehe. Sebuah pembuktian diri saja sepertinya. Lalu setelah saya pikir-pikir saya memutuskan untuk jualan peyek. Jadi saya goreng sendiri peyek itu, lalu mengemas sendiri dan menawarkan ke warung-warung juga saya lakukan sendiri. Kenekatan saya tentu saja masih ada di proses ini. Semua hal yang saya lakukan tadi (menggoreng, mengemas dan menawarkan) adalah hal yang belum pernah saya lakukan sebelumnya. Jadi saya berjualan itu sambil menjalani proses saya belajar. Sungguh hal yang sangat nekat dan saya sedikit malu jika mengingat kecerobohan saya pada waktu itu. Tetapi tetap saja segala kerumitan dan permasalahn yang mengiringi proses ini memberikan banyak sekali pelajaran dan tentu saja hikmah. Salah satu hikmah terbesarnya ya karena saya bisa lanjut sekolah lagi. Alhamduilillah.
- Mengajar di kampus
Cerita ini adalah lanjutan dari kelulusan saya dari S2. Jadi setelah saya lulus S2 saya ditawari untuk mengajar di kampus swasta kecil. Saya sangat sadar bahwa saya tidak mempunyai kemampuan mengajar yang mumpuni, tetapi karena saya memang orangnya nekat dan sedikit tidak tahu diri maka saya tetap saja menerima tawaran tersebut. Meski begitu saya harus menebusnya dengan kerja keras. Saya harus mengejar segala ketertinggalan saya dan berusaha mengajarkan yang terbaik. Satu pesan dari salah satu dosen terdahulu yang membuat saya berani mengajar adalah ‘’Perbedaan dosen dan mahasiswa itu hanyalah dosen membaca lebih dulu apa yang mahasiswanya belum baca.’’ Maka hari-hari saya semakin habis untuk membaca dan mempelajari hal-hal yang besok harus saya ajarkan di kelas. Meski akhirnya saya berhenti mengajar karena saya merasa tidak mampu tetapi saya telah melewati hal yang sangat saya syukuri. Banyak sekali pengalaman yang bisa saya jadikan pelecut saya di kemudian hari. Alhamdulillah.
- Menjadi MC kecil-kecilan di kampung
Saya memiliki
demam panggung. Ya, saya akan menjadi sangat grogi saat berada di depan dan
menjadi pusat perhatian banyak orang. Meskipun begitu saya rasa sampai tulisan
ini muncul, tidak ada yang tahu bahwa saya mempunyai sisi lemah itu. Karena bahkan
sampai sekarang saya masih saya diminta untuk berbicara di depan umum saat
diperlukan (tentu saja bukan membicarakan hal-hal yang sangat urgent). Dengan
kelemahan yang secara sadar saya miliki, sedari kecil saya terbiasa diminta
untuk menjadi pembawa acara di acara-acara kampung saya. Demikian halnya saat
saya bersekolah saya juga beberapa kali diminta menjadi pembawa acara (MC)
dalam kegiatan di sekolah. Sesuatu yang bahkan sampai sekarang membuat saya
heran mengapa saya bisa melakukan hal yang sangat saya takuti tersebut. Dan yang
saya ingat di setiap melaksanakan tugas itu saya masih selalu saja grogi.
Kenekatan-kenekatan
itu berbuah banyak hal di diri saya. Saya menjadi pribadi yang telah tumbuh di tengah
keberanian yang dipaksakan itu. Segala kesulitan yang saya alami dan bisa saya
taklukan itu membuat saya lebih percaya diri dan semakin yakin bahwa segala
sesuatu akan bisa kita lakukan tanpa harus menunggu kita sempurna. Jadi
teringat lirik lagu yang pernah dinyanyikan oleh CJR:
“Tak perlu tunggu hebat untuk berani memulai
apa yang yang kau impikan....”
Dan saya
masih terus memulai impian saya selanjutnya tanpa harus menunggu menjadi hebat terlebih
dulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar